Pemerintah Targetkan Devisa Pariwisata Capai US$ 17,6 Miliar

Rizky Alika
18 Maret 2019, 15:56
Gubernur Baru BI Perry Warjiyo
Arief Kamaludin|Katadata
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo berharap sektor pariwisata bisa menjadi penyumbang devisa terbesar tahun ini, setelah kelapa sawit dan batu bara.

Direktur Eksekutif Kepala Departemen Statistik Yati Kurniati Yati Kurniati sepakat dengan hal itu. Ia mengatakan, pariwisata dapat menarik investor dan turis asing sehingga mendatangkan devisa dan berkontribusi positif bagi neraca transaksi berjalan. "Pariwisata adalah quick win yang bisa kelihatan hasilnya," kata dia.

Contoh nyatanya terjadi di Thailand. Negeri Gajah Putih itu mengalami defisit transaksi berjalan sebesar 0,4% dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB) pada 2012. Angkanya semakin dalam di tahun berikutnya menjadi 1,2%.

Namun, pada 2014, kondisinya menjadi surplus sebesar 10,6% terhadap PDB. Kondisi ini terjadi karena Thailand meningkatkan ekspor dan pariwisatanya. Tahun lalu, surplus neraca berjalannya mencapai US$ 37 miliar (Rp 526,1 triliun). Sebanyak US$ 23 miliar berasal dari ekspor dan sisanya pariwisata.

(Baca: Jaga Rupiah dan Inflasi, BI Lanjutkan Kebijakan Antisipatif di 2019)

Sementara itu, Indonesia mengalami defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) sebesar US$ 31,1 miliar atau 2,98% terhadap PDB pada 2018. Realisasinya nyaris dua kali lipat dari tahun sebelumnya, yaitu Rp 16,2 miliar atau 1,6% dari PDB.

Defisit yang melebar menunjukkan kebutuhan valuta asing (valas) impor barang dan jasa tidak bisa diimbangi pasokan valas dari ekspornya. Artinya, ekspor loyo, tapi impor melonjak. Akibatnya, rupiah rentan terhadap gejolak.

Halaman:
Reporter: Rizky Alika
Editor: Sorta Tobing
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...