Negosiasi Dagang AS-Tiongkok Buat Investor Grogi, Kurs Rupiah Tertekan

Martha Ruth Thertina
12 Februari 2019, 10:40
Uang rupiah
Arief Kamaludin|Katadata

(Baca: Ada Empat Faktor, Gubernur BI Lihat Rupiah Bisa Terus Menguat)

Secara khusus, pelemahan besar rupiah tampaknya bukan hanya karena pengaruh global, tapi juga kondisi domestik, khususnya defisit transaksi berjalan. Bank Indonesia (BI) baru saja merilis data defisit transaksi berjalan 2018.

Defisit mencapai US$ 9,1 miliar atau 3,57% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal IV, membesar dari tiga kuartal sebelumnya. Alhasil, defisit transaksi berjalan mencapai US$ 31,1 miliar atau 2,98% terhadap PDB untuk keseluruhan 2018. Secara rasio, defisit ini terbesar sejak 2014.

(Baca: Defisit Transaksi Berjalan 2,98% PDB Tahun Lalu, Bagaimana Tahun Ini?)

Defisit yang melebar menunjukkan pasokan valuta asing (valas) dari ekspor impor barang dan jasa, serta pendapatan tidak mampu menutup impornya. Alhasil, Indonesia masih banyak bergantung terhadap pasokan dolar AS dari investasi asing ke pasar keuangan sehingga membuat rupiah rentan gejolak.

Melihat pengalaman sebelumnya, kerentanan ini juga memengaruhi kepercayaan diri investor asing dalam menempatkan dananya di pasar keuangan domestik. Saat ketidakpastian ekonomi global tinggi, pasar keuangan negara berkembang yang mengalami defisit transaksi berjalan menghadapi arus keluar dana asing yang besar sehingga mata uangnya terpukul dalam.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...