Intervensi BI di Pasar Valas DNDF Sokong Rupiah Menguat Tajam

Rizky Alika
7 Januari 2019, 18:52
Uang rupiah
Arief Kamaludin|Katadata

Sebelumnya, The Fed memberikan sinyal tegas akan mengerek bunga acuannya sebanyak dua kali di 2019. Namun, jatuhnya harga saham di AS mendorong The Fed bersikap lebih fleksibel dan akan  menunggu perkembangan data ekonomi ke depan. The Fed juga mulai melunak atas rencana proses penarikan likuiditas dari sistem keuangan.

(Baca juga: Ekonom Lihat Peluang Besar Kurs Rupiah Balik ke Kisaran 13.000/US$)

Nanang menjelaskan, BI akan terus memonitor secara cermat dinamika pasar keuangan global yang merespons negosiasi dagang AS-Tiongkok dan kebijakan moneter The Fed. “BI akan tetap berada di pasar untuk mengawal dan merespon dengan seksama pergerakan rupiah, untuk memastikan kepercayaan masyarakat terhadap rupiah tetap tinggi,” kata dia.

Ia pun menjelaskan, BI tetap memberikan ruang bagi rupiah untuk menguat, dan mengawal penguatan tersebut, termasuk dengan intervensi di pasar DNDF.  

Mengacu pada data Bloomberg, rupiah ditutup di level 14.082 per dolar AS pada perdagangan di pasar spot, Senin (7/1). Ini artinya, rupiah menguat 1,31% dibandingkan penutupan pada perdagangan sebelumnya dan 2,14% sepanjang tahun ini (year to date). Bila mengacu pada data Reuters, rupiah tercatat sempat menyentuh level 13.990 per dolar AS pada Senin siang.

Penguatan rupiah tercatat sebagai yang terbesar di antara mata uang Asia lainnya. Mata uang Asia yang mengalami penguatan cukup besar yakni won Korea Selatan dan ringgit Malaysia masing-masing 0,51%. Adapun posisi rupiah saat ini merupakan yang terkuat sejak Juni tahun lalu.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...