Arus Modal Asing Berlanjut & Rupiah Stabil, BI Tahan Bunga Acuan

Martha Ruth Thertina
20 Desember 2018, 15:28
Bank Indonesia
Donang Wahyu|KATADATA

Dalam hal defisit neraca dagang, BI menjelaskan defisit pada November terjadi lantaran kondisi dunia yang kurang kondusif. Pertumbuhan ekonomi dunia melandai sehingga memengaruhi kinerja ekspor Indonesia. Namun, defisit neraca dagang dinilai tidak "alarming" untuk Indonesia. Ini dengan melihat komposisi impor yang produktif lantaran didominasi oleh barang modal dan bahan baku.

BI masih memproyeksikan defisit neraca transaksi berjalan (neraca dagang barang dan jasa) bisa berada di bawah batas aman 3% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). “BI akan terus berkoordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait untuk menjaga stabilitas ekonomi dan memperkuat ketahanan eksternal termasuk defisit transaksi berjalan agar turun menuju 2,5% terhadap PDB pada 2019,” kata Perry.

Keputusan BI menahan bunga acuan ini sesuai prediksi beberapa ekonom. Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan nilai tukar rupiah sudah lebih kuat. Sementara itu, jumlah cadangan devisa November mengalami kenaikan US$ 2 miliar menjadi US$ 117,2 miliar.

"Ini jadi amunisi BI untuk stabilkan rupiah tanpa kerek bunga acuan," kata dia kepada Katadata.co.id, Kamis (20/12). Dengan cadangan devisa yang lebih tebal, BI dianggap memiliki keleluasaan untuk menjaga stabilitas rupiah lewat intervensi bila diperlukan.

Menurut dia, sikap wait and see BI diperlukan lantaran The Fed juga kemungkinan tidak akan menaikkan bunga acuannya, Fed Fund Rate, terlalu agresif tahun depan.

Senada dengan Bhima, Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual menilai kondisi eksternal dalam jangka pendek sedang membaik. Kenaikan terbaru Fed Fund Rate pun sudah dalam ekspektasi pasar sehingga rupiah bergerak lebih stabil. "Jadi mungkin (bunga acuan BI) belum perlu naik," ujarnya.

Namun, dalam jangka menengah, David menilai BI perlu menaikkan bunga acuannya lantaran defisit transaksi berjalan pada triwulan IV diperkirakan masih tinggi. Dengan demikian, perlu kerja keras untuk menurunkan defisit transaksi berjalan ke target 2,5% terhadap PDB tahun depan.

Selain memertahankan bunga acuan, BI juga memertahankan suku bunga fasilitas simpanan (deposit facility) dan fasilitas pinjaman (lending facility) masing-masing di posisi 5,25% dan 6,75%.

Halaman:
Reporter: Rizky Alika
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...