Pasar Global Mengancam, BI Intervensi untuk Selamatkan Rupiah

Rizky Alika
7 Desember 2018, 20:22
Bank Indonesia
Arief Kamaludin|KATADATA
Bank Indonesia

Hal ini karena meningkatnya ekspektasi pasar terhadap perlambatan ekonomi AS. Data terkini mengindikasikan ekonomi AS tidak sesolid sekitar tiga bulan sebelumnya. Penyerapan tenaga kerja di Negeri Paman Sam di bawah ekspektasi, defisit perdagangan melebar hingga menjadi yang terbesar dalam 10 tahun terakhir, pesanan pabrikan melambat. Probabilitas kenaikan suku bunga acuan AS, Fed Fund Rate, di Desember 2018 pun menurun dari 80% menjadi 69%. 

(Baca juga: Menko Darmin Harapkan Hot Money Bawa Rupiah Kembali ke 13.000)

Risk off di pasar keuangan global tersebut memicu melonjaknya kurs NDF rupiah di pasar New York hingga 14.680 per dolar AS. Namun, sejak pembukaan hingga penutupan pasar pada Jumat (7/12), BI melakukan intervensi transaksi DNDF dan berhasil menurunkan kurs DNDF yang kemudian diikuti oleh menurunnya kurs NDF di pasar luar negeri dan kurs di pasar harian (spot) dalam negeri.

Sementara itu, Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara menjelaskan pelemahan nilai tukar juga terjadi di beberapa negara lainnya, terutama negara berkembang. Namun, ia mengakui India dan Indonesia mengalami pelemahan yang cukup besar pada dua hari terakhir dibanding negara lainnya.

"Karena sebagai negara ekspor impor defisit atau transaksi berjalan defisit, memang pasar itu bereaksi lebih banyak karena untuk negara defisit," kata dia ditemui di Kompleks BI, Jakarta, Jumat (7/12). Defisit transaksi berjalan menunjukkan bahwa pasokan valas dari ekspor tidak mampu menutup kebutuhan valas untuk impor.

(Baca juga: Darmin: Perbaikan Defisit Transaksi Berjalan Perlu Bertahun-tahun)

Maka itu, ia menekankan pentingnya untuk tidak terlena dengan penguatan nilai tukar rupiah yang terjadi sebelumnya. BI pun tetap waspada dan terus mendorong upaya untuk menggenjot ekspor dan pariwisata, serta menekan impor yang tidak diperlukan untuk perbaikan defisit transaksi berjalan.

Mirza tetap optimistis kurs pada tahun depan akan lebih stabil dibandingkan tahun ini. "Kalau beberapa hari terakhir ada sell off di Dow Jones, itu memang menular ke negara emerging market tapi sifatnya temporer ke emerging markets," ujar dia.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...