Rupiah Melemah 14.100 per Dolar, BI Waspadai Dua Penyebabnya

Yura Syahrul
14 Desember 2015, 12:23
Rupiah
Arief Kamaludin|KATADATA

Di tempat terpisah, Gubernur BI Agus Martowardojo juga melihat pelemahan rupiah akibat dampak kemungkinan kenaikan suku bunga AS. Mengutip hasil survei terhadap para pelaku pasar, dia mengungkapkan, 96 persen responden yakin bunga AS akan naik pada 17 Desember nanti. Itulah yang menyebabkan rupiah terus melemah hingga menembus level 14.000 per dolar AS.

Namun, BI pun lebih mewaspadai dampak kenaikan suku bunga AS setiap kuartal pada tahun depan. Tahun depan, suku bunga AS diperkirakan naik setiap kuartal sampai mencapai 1,125 persen. Kemudian, suku bunga AS itu bakal naik terus sampai 2,625 persen pada tahun 2017. “Kenaikan secara gradual ini perlu diwaspadai karena ada kecenderungan dolar AS menguat," kata Agus dalam acara pemberian penghargaan kepada pelapor Dana Hasil Ekspor (DHE) di Gedung BI, Jakarta, Senin (14/12).

Karena itulah, BI bersikap hati-hati dan konsisten menjaga inflasi sebesar tiga persen tahun ini. Level inflasi tersebut selaras dengan negara-negara ASEAN lainnya. Selain itu, BI berusaha menjaga defisit transaksi berjalan pada posisi yang aman, yakni 2,5 persen sampai tiga persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Salah satu caranya adalah meminta pemerintah terus mengeluarkan paket kebijakan ekonomi untuk meningkatkan kepercayaan pasar.

Selain kenaikan suku bunga AS, pelemahan rupiah juga akibat peningkatan kebutuhan valuta asing (valas) untuk membayar utang luar negeri (ULN) di akhir tahun. BI mencatat, utang luar negeri swasta naik US$ 132 miliar dalam tujuh tahun terakhir. Jumlah ini cukup besar dan berpengaruh signifikan terhadap kepercayaan pelaku pasar. Pasalnya, ekspor sepanjang tahun ini menurun sehingga rasio kemampuan membayar utang alias Debt to Service Ratio (DSR) meningkat menjadi 57 persen.

"Kalau DSR naik jadi 57 persen agak terlalu tinggi. Perlu dijaga agar ada di kisaran yang sehat," kata Agus. Salah satu caranya adalah BI meminta kepada swasta agar melakukan lindung nilai (hedging) utang luar negerinya sehingga terhindar dari risiko pembiayaan. Dengan begitu, korporasi swasta tidak kerepotan membayar utangnya dan pelemahan rupiah tidak terus berlanjut.

Halaman:
Reporter: Desy Setyowati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...