Sinyal Mengkhawatirkan dari Data Perdagangan

Aria W. Yudhistira
18 Agustus 2015, 18:29
Katadata
KATADATA
Gedung Bank Indonesia, Jakarta.

Daniel Wilson, ekonom ANZ Research, menilai penurunan kinerja perdagangan Indonesia sudah melampaui persoalan harga komoditas yang terus melemah. Data BPS tersebut sekaligus merefleksikan fundamental ekonomi Indonesia masih melemah. ?Pengumuman ini bukan pertanda yang baik bahwa ekonomi akan membaik pada paruh kedua tahun ini,? kata dia.  

Situasi ini, menurut dia, membuat posisi Bank Indonesia (BI) semakin sulit. Penyesuaian tingkat suku bunga akan berdampak langsung terhadap rupiah. Padahal BI telah memberikan sinyal untuk meredam depresiasi rupiah. Dia menyarankan BI untuk mempertahankan kebijakan moneternya sampai ada kepastian atas kebijakan the Fed.

Menurut  Ekonom DBS Group Research Gundy Cahyadi, menurunnya kinerja impor merupakan sinyal yang mengkhawatirkan di tengah risiko perlambatan pertumbuhan ekonomi. Menurutnya, penurunan impor bukan semata akibat melemahnya nilai tukar rupiah, tapi ada permasalahan dalam permintaan domestik. Data impor yang dirilis BPS mengindikasikan permintaan akan semakin melemah.

Sementara itu, Rapat Dewan Gubernur BI memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan (BI Rate) tetap di posisi 7,5 persen yang sudah berlangsung sejak Februari 2015. Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, BI juga memutuskan untuk tetap menahan suku bunga deposit facility 5,5 persen dan juga lending facility tetap 8 persen.

Agus mengatakan, bank sentral tetap akan fokus pada stabilisasi nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian ekonomi global. ?Selain itu kami juga memperkuat koordinasi dengan pemerintah untuk mempercepat stimulus fiskal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi,? kata Agus.

Halaman:
Reporter: Desy Setyowati, Ameidyo Daud Nasution
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...