Rupiah Menguat ke Level 14.700 per Dolar AS karena BI Tahan Suku Bunga
Di samping itu, Ibrahim mengatakan pemerintah akan kembali melonggarkan kebijakan PSBB terutama di DKI Jakarta yang merupakan barometer ekonomi nasional, mengikuti langkah negara-negara di Eropa dan AS yang sudah mendahului membuka diri.
"Ini akan menambah daya gedor tersendiri bagi masyarakat yang selama ini bekerja dari rumah bisa kembali beraktivitas seperti biasa dan akan mempengaruhi roda perekonomian," kata dia.
Dalam perdagangan besok, dirinya memperkirakan rupiah kembali menguat di rentang Rp 14.750-14.820 per dolar AS.
(Baca: BI Siapkan Dana Rp 563,6 Triliun untuk Perbankan)
BI mencatat, nilai tukar rupiah menguat seiring dengan meredanya ketidakpastian pasar keuangan global dan terjaganya kepercayaan terhadap kondisi ekonomi Indonesia. Setelah menguat pada April, rupiah pada Mei kembali mengalami apresiasi.
Hingga 18 Mei 2020, rupiah menguat 5,1% secara rerata dan 0,17% secara point to point dibandingkan dengan level akhir April. Namun demikian, mata uang Garuda masih mencatat depresiasi sekitar 6,52% dibandingkan dengan level akhir 2019 akibat depresiasi yang dalam pada Maret 2020.
Penguatan rupiah didorong oleh aliran masuk modal asing dan besarnya pasokan valas dari pelaku domestik. BI memandang rupiah saat ini masih undervalued dibandingkan fundamentalnya sehingga berpotensi terus menguat dan mendukung pemulihan ekonomi.