Anjloknya Impor Barang Modal & Bahan Baku Ancam Pertumbuhan Ekonomi RI

Agatha Olivia Victoria
15 Juni 2020, 14:21
impor bahan baku, impor barang modal, pertumbuhan ekonomi, bps
Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Ilustrasi. Neraca perdagangan pada Mei mencatatkan surplus sebesar US$ 2,1 miliar.

Diikuti penurunan impor golongan mesin dan perlengkapan elektrik yang turun US$ 526 juta atau 31,55% dari Rp 1,67 miliar menjadi US$ 1,14 miliar. Lalu, impor barang besi dan baja yang anjlok US$ 283,6 juta atau 42,46% dari US$ 667,9 juta menjadi US$ 384,3 juta.

Selanjutnya, nilai impor plastik dan barang dari plastik turun US$ 266,8 juta atau 38,58% dari US$ 691,6 juta menjadi US$ 424,8 juta. Nilai impor golongan barang bahan kimia organik turun US$ 201,3 juta atau 40,24% dari US$ 500,2 juta menjadi US$ 298,9 juta.

(Baca: Meski Dibuka Menguat, Nilai Tukar Rupiah Dibayangi Potensi Pelemahan)

Berdasarkan asal negaranya, penurunan impor paling tajam berasal dari Tiongkok yakni turun US$ 1,41 miliar atau 37,68% dari US$ 3,75 miliar menjadi US$ 2,34 miliar. Impor dari Jepang, Thailand, Korea Selatan, dan Taiwan juga menurun cukup dalam masing-masing turun US$ 672,4 juta, US$ 321,3 juta, US$ 199,2 juta, dan US$ 157,6 juta.

Baru-baru ini, Bank Dunia memprediksi, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini sebesar 0%. Perkiraan ini didasarkan atas dampak penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Ekonom Senior Bank Dunia Ralph van Doorn menjelaskan, akibat penerapan PSBB selama dua bulan beberapa komponen pembentuk pertumbuhan ekonomi juga ikut terpengaruh. Konsumsi rumah tangga misalnya, diperkirakan melambat seiring adanya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) akibat aktivitas ekonomi melambat.

Kepercayaan konsumen pun diperkirakan ikut menurun pada tahun ini. Sebagaimana diketahui, konsumsi rumah tangga merupakan motor penggerak ekonomi Indonesia, dengan andil sebesar 56,62% terhadap pertumbuhan ekonmi sepanjang 2019.

"Pertumbuhan ekonomi baru kembali normal pada 2021, sebesar 5,4%. Kemudian, dua tahun berikutnya stabil, yakni 5,5% pada 2022, dan 5,3% pada 2023," kata van Doorn, dalam sebuah webinar, Selasa (2/6).

Selain konsumsi, van Doorn menyorot faktor investasi yang akan makin melambat tahun ini. Hal ini terjadi seiring dengan besarnya ketidakpastian global, penurunan harga komoditas, dan pelemahan aktivitas ekonomi. Tahun lalu, investasi memberikan andil terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 32,33%.

Halaman:
Reporter: Agatha Olivia Victoria
Editor: Agustiyanti
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...