Potensi Pemulihan Ekonomi dari Data Kenaikan Ekspor-Impor Bulan Juni

Rizky Alika
15 Juli 2020, 22:11
ekspor, impor, bi, manufakur, industri, pemulihan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, pelonggaran psbb
Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Ilustrasi. Total ekspor pada Juni naik 15,09% dibandingkan bulan sebelumnya mencapai US$ 12,03 miliar.

(Baca: BI Ramal Kinerja Manufaktur Kuartal III Membaik Meski Masih Kontraksi)

Senada, Wakil Ketua Umum Asosasi Pengusaha Indonesia Shinta Kamdani menilai peningkatan ekspor pada industri pengolahan pada Juni mencerminkan mulai berjalannya industri manufaktur di Tanah Air. "Hal ini juga merupakan sebuah sinyal positif bahwa di tengah pandemi global, industri manufaktur Indonesia tetap berjalan," katanya.

Shinta pun menilai, besar kemungkinan impor bahan baku dilakukan untuk menunjang perkembangan ekspor Indonesia, khususnya di industri pengolahan. Selain itu, peningkatan impor bahan baku/penolong dan barang modal merupakan dampak dari meningkatnya kebutuhan industri dan konsumsi domestik.

"Perlu ditingkatkan supaya pada akhir periode tahun 2020 kita bisa melihat angka yang positif," ujar dia.

Saat ini, kata dia, industri Tanah Air memang masih sangat bergantung pada impor bahan baku. Namun, pemerintah dinilai tetap perlu berhati-hati terhadap peningkatan impor yang jauh lebih besar dari pertumbuhan ekspor.  Ia pun menilai kondisi saat ini dapat menjadi  waktu yang tepat bagi Indonesia untuk menggalakkan industri bahan baku di dalam negeri.

Survei yang dilakukan BI sebelumnya memperkirakan industri manufaktur akan membaik pada kuartal II, meski masih mengalami kontraksi atau berada di bawah level 50. Prediksi terkait subsektor yang masih akan terkontraksi atau sudah mengalami ekspansi dapat dilihat dalam databoks di bawah ini.

Nasib Kuartal III dan Ancaman Resesi

Meski data kinerja ekspor dan impor pada Juni yang dirilis hari ini membaik, pemerintah justru memasang proyeksi yang lebih pesimistis terhadap kinerja perekonomian di kuartal II 2020.

"Ini dari hitungan pagi tadi yang saya terima, kuartal kedua mungkin kita bisa minus ke 4,3%," ujar Jokowi saat memberi pengarahan kepada para gubernur se-Indonesia di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Rabu (15/7) sebagaimana dikutip dari laman Setkab.go.id.

(Baca: Proyeksi Ekonomi Kuartal II Lebih Buruk, Jokowi: Bisa Minus 4,3%)

Namun, Jokowi tetap berharap pertumbuhan ekonomi pada kuartal III dapat kembali positif. Menteri Keuangan Sri Mulyani sebelumnya memperkirakan ekonomi kuartal II minus 3,8% dan akumulasi semester I minus 1,1%, tetapi optimistis ekonomi semester II akan tumbuh positif antara 0,3% hingga 2,2%.

Dengan demikian, perekonomian secara keseluruhan diperkirakan berada di antara minus 0,4% hingga tumbuh 1%. 

Adapun Josua menilai kinerja ekspor impor terhadap pertumbuhan ekonomi belum akan signifikan pada kuartal III 2020. Perekonomian masih akan ditopang oleh konsumsi rumah tangga dan investasi. Untuk itu, pemerintah dinilai perlu fokus dalam penyerapan anggaran stimulus fiskal yang dapat menjaga agar tidak terjadi penurunan yang signifikan terhadap daya beli masyarakat.

"Pemerintah juga perlu mendorong percepatan realisasi stimulus bagi sisi produksi sehingga sebagian besar sektor ekonomi dapat lebih cepat pulih sehingga akan mendorong tren perbaikan kuartal III dan IV," ujarnya. 

Halaman:
Reporter: Rizky Alika
Editor: Agustiyanti
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...