Pembiayaan Utang Pemerintah Semester I Melonjak 132% Menjadi Rp 421 T
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat total pembiayaan utang neto pemerintah sepanjang semester I 2020 mencapai Rp 421,5 triliun. Jumlah ini, meningkat 132,7% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
"Ini kenaikan yang sangat besar karena defisit diperkirakan mencapai 6,34% dari produk domestik bruto (PDB)," kata Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati, dalam konferensi pers laporan semester I 2020 dan APBN Kita, Senin (20/7).
Menkeu menjabarkan, jumlah pembiayaan utang neto diperoleh dari penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 430,4 juta, dan realisasi pinjaman neto tercatat negatif Rp 8,9 triliun.
Sementara itu, sepanjang semester I 2020 pembiayaan anggaran yang bersumber dari investasi tercatat negatif Rp 6 triliun. Kemudian, dari pinjaman tercatat sebesar Rp 900 miliar, dan pembiayaan lainnya Rp 200 miliar. Selain itu, sepanjang semester I 2020 kewajiban penjaminan tercatat negatif Rp 200 miliar.
"Sehingga, total pembiayaan anggaran sepanjang semester I 2020 adalah sebesar Rp 416,2 triliun," ujar Sri Mulyani.
Adapun, total pendapatan negara hingga Juni 2020 tercatat turun 9,8% secara tahunan atau year on year (yoy) menjadi Rp 811,2 triliun. Secara perinci, penerimaan pajak turun 12% menjadi Rp 531,7 triliun, sedangkan penerimaan kepabeanan masih tumbuh 8,8% menjadi Rp 93,2 triliun.
Penerimaan kepabeanan ini, terdiri dari bea masuk sebesar Rp 16,5 triliun, turun 4,6% dibandingkan semester I 2019. Sedangkan, penerimaan bea keluar tercatat sebesar Rp 1,3 triiliun, turun 18,2%.
Jumlah tertinggi dicatatkan oleh penerimaan cukai, yakni mencapai Rp 75,4 trilin atau tumbuh 13% dibandingkan semester I 2019. Meski masih kuat, namun Sri Mulyani memprediksi pada semester II 2020 capaian penerimaan cukai tidak akan sekuat semester I 2020.
Sementara itu, realisasi belanja negara semester I 2020 tercatat meningkat 3,3% menjadi Rp 1.048,9 triliun, yang terdiri dari belanja pemerintah pusat Rp 668,8 triliun, serta transfer ke daerah dan dana desa sebesar Rp 400,4 triliun.
Dengan demikian, defisit APBN sepanjang semester I 2020 mencapai Rp 257,8 triliun atau meningkat 90,7% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Jumlah tersebut, mencapai 1,57% terhadap PDB.
"Defisit ini akan melebar pada semester II 2020, karena nanti belanja-belanja akan meningkat seiring dengan kebutuhan penanganan covid-19," kata Sri Mulyani.