Kontraksi Ekonomi Diramal Berlanjut Kuartal III, RI Berpotensi Resesi

Agustiyanti
5 Agustus 2020, 15:33
Pertumbuhan ekonomi, resesi ekonomi, ekonomi terkontraksi, pandemi corona
ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/wsj.
Ilustrasi. Ekonom Faisal Basri menilai pemerintah tak perlu memaksakan diri agar Indonesia terhindar dari resesi karena justru akan membuat ongkos ekonomi lebih mahal.

 Kemerosotan PDB tertolong oleh ekspor neto barang dan jasa ekspor barang dan jasa dikurangi impor barang dan jasa. Ini terjadi karena impor merosot lebih tajam ketimbang penurunan ekspor, masing-masing 16,96 persen dan 11,66 persen.

Ketimbang memaksakan diri agar terhindar dari resesi, menurut Faisal, lebih realistis jika pemerintah berupaya maksimum mengendalikan Covid-19. Dengan demikian, diharapkan perekonomian bisa tumbuh positif kembali pada kuartal terakhir tahun ini. "Sehingga tahun 2021 bisa melaju lebih kencang," katanya. 

Ekonom PT Bank Permata Tbk Josua Pardede juga menilai probabilitas risiko resesi semakin besar pada kuartal III mempertimbangkan kinerja perekonomian kuartal II yang terkontraksi. 5,32%. Progres penyerapan belanja/stimulus penanganan Covid-19 dan program pemulihan ekonomi nasional juga masih rendah dan tren kasus Covid-19 belum menurun. 

"Pertumbuhan ekonomi kuartal III diperkirakan masih negatif, namun sedikit membaik dibandingkan kuartal II yang lalu," ujarnya kepada Katadata.co.id. 

Adapun untuk menjauhkan Indonesia dari jurang resesi, menurut dia, perlu percepatan stimulus belanja pemerintah dengan tetap mendorong peningkatan produktivitas yang memiliki multiplier effect terhadap permintaan dan konsumsi masyarakat.

Menteri Keuangan Sri Mulyani sebelumnya mengatakan pemerintah akan berupaya agar perekonomian pada kuartal III tumbuh 0% atau positif sehingga Indonesia terhindar dari resesi teknis. Pemerintah memproyeksi ekonomi sepanjang tahun ini tumbuh pada kisaran minus 0,4% hingga 1%. 

Menteri Keuangan Sri Mulyani sebelumnya juga menyebut Indonesia secara teknis belum memasuki resesi ekonomi meski ekonomi pada kuartal II negarif secara tahunan.

"Secara teknis kalau dua kuartal berturut-turut pertumbuhan ekonomi negatif, itu berarti suatu negara atau ekonomi mengalami resesi. Kita kuartal I masih tumbuh, kuartal II mungkin negatif, tetapi Kuartal III harapkan mendekati 0% sehingga secara teknis tidak resesi," ujar Sri Mulyani dalam konferensi video di Jakarta, Selasa (16/6).

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...