Rupiah Paling Perkasa se-Asia di Tengah Harap Cemas Hasil Pilpres AS

Agatha Olivia Victoria
4 November 2020, 17:10
Karyawati menunjukkan mata uang rupiah dan dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Minggu (7/6/2020). Nilai tukar rupiah diperkirakan bakal melanjutkan tren penguatan di pekan kedua di Juni 2020 dimana pada penutupan Jumat (5/6)
ANTARA FOTO/Reno Esnir/aww.
Ilustrasi. Rupiah bergerak melemah dari pembukaan perdagangan yang sempat menyentuh Rp 14.517 per dolar AS seiring ketatnya hasil Pilpres AS.

Dengan margin kemenangan yang mungkin sempit untuk kedua belah pihak, Ibrahim memperkirakan hasil yang jelas mungkin membutuhkan waktu berminggu-minggu untuk diketahui. "Sehingga berpotensi menyebabkan gangguan sosial yang parah," ujarnya.

Selain itu, pasar yang telah memperhitungkan kemenangan Biden juga telah melihat kemungkinan Partai Demokrat memberikan program stimulus Covid-19 yang besar. Dengan demikian, hal itu akan membantu memulihkan perekonomian pasca pandemi.

Ibrahim mengatakan Joe Biden merupakan sosok yang diharapkan untuk menjadi orang nomor satu di AS. Kebijakan Biden bisa berpengaruh terhadap seluruh negara, tidak terkecuali Indonesia.

Jika Biden terpilih, ada harapan ekspor Indonesia akan kembali membaik seiring arus perdagangan dunia yang kembali semarak. Hal tersebut juga dengan kemungkinan perang dagang akan dihentikan baik dengan Tiongkok maupun Uni Eropa.

Dalam perdagangan besok, Ibrahim memperkirakan rupiah dibuka berfluktuatif dan menguat 10 hingga 70 poin. Namun, kemungkinan ditutup menguat sebesar 5 sampai 45 poin di level Rp 14.515-14.570 per dolar AS.

Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji menyebutkan bahwa pemilu AS yang berlangsung dengan sangat ketat membuat pasar bersikap hati-hati. Di sisi lain, pasar juga menanti pertemuan Bank Sentral AS The Fed pada esok hari. "Suku bunga acuan diperkirakan masih akan bertahan di kisaran 0,25%," kata Nafan kepada Katadata.co.id.

Lebih lanjut, ramalan tersebut mempertimbangkan stabilitas inflasi di Negeri Paman Sam. Ekonomi di negara itu juga mulai berangsur pulih secara perlahan.

Tak hanya itu, Nafan mengatakan masih berkomitmennnya The Fed dalam melaksanakan program injeksi likuiditas turut menjadi pertimbangan. Hal tersebut seiring masih akan terjadinya berbagai ketidakpastian ke depannya.

Halaman:
Reporter: Agatha Olivia Victoria
Editor: Agustiyanti
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...