Pemerintah Masih Harus Belanjakan APBN Rp 1.068 T hingga Akhir Tahun

Agustiyanti
1 Desember 2020, 20:41
Karyawan menghitung uang rupiah di Bank Mandiri Syariah, Jakarta, Senin (18/5/2020). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat pada penutupan perdagangan Senin (18/5) sebesar 10 poin atau 0,07 persen ke level Rp Rp14.850 per dolar AS
ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/pras.
Karyawan menghitung uang rupiah di Bank Mandiri Syariah, Jakarta, Senin (18/5/2020).

Realisasi anggaran untuk program kesehatan baru mencapai Rp 14,94 triliun atau 49,12% dari target, jaring pengaman sosial baru mencapai Rp 12,91 triliun atau 54,62% dari target, dan dukungan ekonomi baru mencapai Rp 2,7 triliun atau 14,3% dari target.

"Ini menunjukkan bahwa daerah masih tergantung pada pusat untuk program-program pemulihan ekonomi. Program mereka sendiri eksekusinya belum secepat pusat. Kami berharap daerah juga dapat merealisasikan sehingga dapat mendorong ekonomi," katanya.

Sementara itu, menurut Sri Mulyani, total realisasi anggaran program Pemulihan Ekonomi Nasional hingga 25 November mencapai 62,1% dari pagu atau Rp 695,2 triliun. Realisasi anggaran kesehatan mencapai Rp 40,32 triliun dari target Rp 97,9 triliun, perlindungan sosial mencapai Rp 207,8 triliun dari target Rp 233,69 triliun, dan sektoral K/L Pemda Rp 36,25 triliun dari target Rp 65,97 triliun.

Lalu realisasi anggaran dukungan UMKM mencapai Rp 98,76 triliun dari target Rp 115,82 triliun, insentif usaha Rp 46,4 triliun dari target Rp 120,6 triliun, sedangkan pembiayaan korporasi baru terealisasi Rp 2 triliun dari target Rp 61,2 triliun.

Kepala Ekonom BCA David Sumual memperkirakan belanja negara kemungkinan tak akan terserap maksimal hingga akhir tahun jika berkaca pada realisasi hingga saat ini.

"Terutama untuk anggaran program PEN yang realisasinya masih rendah," kata David kepada Katadata.co.id, pekan lalu.

David memperkirakan realisasi anggaran PEN hingga akhir tahun hanya akan mencapai 80% dari target. Sementara secara keseluruhan, realisasi belanja negara diproyeksi hanya mencapai 90% dari target. "Ini sebenarnya tidak bagus karena mengulang siklus tahun-tahun sebelumnya. Padahal, belanja pemerintah sangat dibutuhkan untuk mendorong ekonomi dalam kondisi saat ini," katanya.

Dengan kondisi tersebut, menurut dia, perekonomian pada kuartal keempat tetap akan terkontraksi meski lebih baik dibandingkan kuartal ketiga. Konsumsi pemerintah tetap akan menjadi penopang dengan kontribusi lebih besar dibandingka kuartal ketiga meski tak sesuai harapan.

"Tahun depan diharapkan belanja lebih baik dengan elektronifikasi sehingga pemulihan ekonomi dapat lebih cepat," katanya.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...