BI Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi, Bunga Acuan Tetap 3,5%

Agatha Olivia Victoria
20 April 2021, 14:38
bunga acuan, BI, bank indonesia
ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
Gubernur BI Perry Warjiyo memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi domestik dari 4,3-5,3% menjadi 4,1-5,1%.

"BI merevisi proyeksi ekonomi global pada tahun ini dari sebelumnya 5,1% menjadi 5,7%," kata dia. 

Ia mengatakan, perbaikan proyeksi ekonomi ini terkonfimasi dengan ndikator-indikator ekonomi sejumlah negara seperti PMI indeks, penjualan retail, dan keyakinan konsumen yang membaik. Sejalan dengan perbaikan ekonomi global, menurut Perry, volume perdagangan dan harga komoditas meningkat sehingga mendukung kinerja ekspor negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. 

Sementara itu, Perry menyebutkan, ketidakpastian pasar keuangan dan volatilitas yield us treasury masih berlangsung seiring perbaikan ekonomi AS dan persepsi pasar terhadap kebijakan The Fed. "Ini berdampak pada berkurangnya aliran modal asing dan tekanan pada mata uang sejumlah negara, termasuk Indonesia," kata dia.

Di sisi lain, menurut dia, perbaikan ekonomi domestik didukung membaiknya ekspor dan belanja fiskal.  Ia menjelaskan, stimulus fiskal dalam bentuk belanja bansos meningkat lebih tinggi dari perkiraan sehingga menoipang perekonomian domestik.

Namun, konsumsi swasta hingga Maret 2021 cenderung lebih tertahan sejalan dengan masih terbatasnya mobilitas masyarakat. "Dengan akselserasi program vaksinasi nasional yang terus berjalan, pertumbuhan eknomi Indonesia pada tahun ini akan berada pada kisaran 4,1% hingga 5,1%," katanya. 

Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Anthony Kevin sebelumnya mengatakan bank sentral  akan memilih bermain aman dengan mempertahankan suku bunga acuan untuk meredakan tekanan jual terhadap rupiah. "Meskipun proyeksi kami untuk kinerja makroekonomi relatif suram di masa depan," kata Anthony dalam hasil kajiannya yang diterima Katadata.co.id, Senin (19/4).

Setelah menguat pada November 2020 hingga Januari 2021, kurs rupiah terdepresiasi sebesar 1,5% pada bulan Februari 2021. Selama bulan Maret dan April, tekanan jual terhadap rupiah pun terus terjadi.

Di sisi lain, IHS Markit mengumumkan PMI manufaktur RI periode Maret 2021 di level 53,2, menandai ekspansi selama 5 bulan beruntun. Namun begitu, Anthony memproyeksikan bahwa aktivitas manufaktur akan terkontraksi pada April seiring dengan masih lemahnya pemulihan daya beli masyarakat Indonesia.

Selain itu, dia berpendapat bahwa data terakhir menunjukkan indeks keyakinan konsumen dan penjualan barang-barang ritel masih  lemah. "Hal tersebut kemudian terefleksikan ke dalam tingkat inflasi yang lemah juga," ujarnya.

Halaman:
Reporter: Agatha Olivia Victoria
Editor: Agustiyanti
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...