Lonjakan Kasus Covid-19 Mengancam Pemulihan Ekonomi Global

Agustiyanti
22 April 2021, 14:27
kasus covid-19, pemulihan ekonomi global, ekonomi global
ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto
Ilustrasi. IMF memproyeksi ekonomi global tahun ini tumbuh 6%, naik dari proyeksi sebelumnya 5,5%.

Investor telah mencari tempat berlindung tradisional seperti yen Jepang, dan memberi penghargaan kepada mereka yang memiliki rekam jejak yang lebih baik dalam mengelola wabah seperti syikal Israel, dolar Taiwan, dan pound Inggris.

"Perusahaan yang paling bergantung pada pembukaan kembali ekonomi global sangat rentan dan lonjakan infeksi terbaru membayangi," tulis Stephen Innes, kepala strategi pasar global di Axicorp Financial Services Pty Ltd. di Sydney dalam riset untuk kliennya.

Penyebaran kasus mengancam apa pemulihan ekonomi global yang semula diperkirakan membentuk kurva V, dipimpin oleh AS dan China. IMF saat ini memperkirakan ekonomi dunia tumbuh 6% tahun ini, terbesar dalam empat dekade data. Namun, IMF menggarisbawahi ramalan ini bergantung pada perkembangan pandemi.

"Jendela peluang menutup dengan cepat. Semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk mempercepat produksi dan peluncuran vaksin, semakin sulit untuk mencapai hasil ini," kata Managing Director Kristalina Georgieva.

 IMF mencontohkan skenario penurunan di mana kemacetan pasokan dalam pasokan vaksin dan masalah logistik lainnya memungkinkan varian virus yang ada menjadi mengakar dan mutasi baru terjadi. Kondisi ini menyebabkan penundaan untuk mencapai kekebalan kelompok selama enam bulan di negara maju dan sembilan bulan di pasar negara berkembang.

Di bawah skenario seperti itu, pertumbuhan global dapat menjadi 1,5 poin persentase lebih sedikit daripada dalam skenario kasus dasar pada tahun 2021 dan 1 poin persentase lebih lanjut di bawah garis dasar pada tahun 2022.

Tanda-tanda Pemulihan Ekonomi Global

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan harapan pemulihan ekonomi yang lebih optimistis pada kuartal I 2021 terjadi di seluruh dunia. Indeks PMI global pada Maret 2021 mencapai 55, tertinggi sejak Februari 2011.

Sri Mulyani juga mengatakan Balitic dry index yang mencerminkan perdagangan global juga berada pada level tertinggi sejak 2019 pada April lalu. Demikian pula dengan pasar keuangan global yang mulai stabil seiring kekhawatiran arah suku bunga AS yang mulai mereda.

"MSCI index untuk negara emerging market naik 4% ytd pada 16 April 2021. Ini menggambarkan ada capital inflow di emering market," kata Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN Kita April 2021, Kamis (22/40).

Kondisi tersebut, menurut Sri Mulyani, menyebabkan dinamika positif terhadap nilai tukar. "Dengan pemulihan ekonomi dunia, harga komoditas naik. tiga komoditas utama Indonesia mendapat pengaruh positif," katanya.

Sri Mulyani mengatakan, perekonomian Tiongkok pada kuartal I 2021 menunjukkan pemulihan yang kuat dengan pertumbuhan mencapai 18,3%. Setiap ekonomi Tiongkok tumbuh tinggi, menurut dia, ekonomi global dan negara berkembang akan memperoleh manfaat.

Di sisi lain, ia juga menekankan beberapa perkembangan global yang harus diwaspadai. Pertama, perkembangan kasus harian global. "Saat ini kasus harian baru di India bahkan sudah mencapai 300 ribu," katanya.

Kedua, sektor dengan kontak intensif masih sulit pulih. Ketiga, pemulihan ekonomi global tidak merata. Keempat, akses vaksin belum merata. Kelima, kemungkinan normalisasi kebijakan moneter AS yang lebih cepat.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...