Terpuruk Lagi Akibat Pandemi, Ekonomi Jepang Minus 5,1% pada Kuartal I
"Permintaan domestik yang lemah menunjukkan efek buruk dari virus corona belum sepenuhnya berakhir," kata Takeshi Minami, kepala ekonom di Norinchukin Research Institute.
Meskipun ada stimulus moneter dan fiskal besar-besaran, ekonomi Jepang merosot ke rekor 4,6% pada tahun fiskal yang berakhir pada Maret.
"Tidak diragukan lagi akan ada uang fiskal yang dikucurkan untuk masalah ini untuk melunakkan pukulan, meskipun setelah sekian lama, sulit untuk melihat ini memiliki lebih dari efek yang cukup marjinal," kata analis di ING dalam risetnya.
Ia memperkirakan ekonomi Jepang akan kembali terkontraksi pada kuartal kedua. "Bank of Japan kemungkinan kehabisan ide untuk membuat stimulus kebijakan baru saat ini. Jadi kami tidak mengantisipasi sesuatu yang baru dari mereka selain memperluas langkah-langkah yang ada," katanya.
Menteri Ekonomi Yasutoshi Nishimura mengatakan kontraksi ekonomi disebabkan oleh langkah pembatasan untuk menekan penyebaran Covid-19. Ekonomi Jepang, menurut dia, masih memiliki "potensi" untuk pulih.
"Memang benar belanja layanan kemungkinan akan tetap di bawah tekanan pada April-Juni. Tetapi ekspor dan output akan mendapat keuntungan dari pemulihan pertumbuhan luar negeri," katanya.
Ekonomi Jepang berkembang selama dua kuartal sebelumnya secara berturut-turut setelah kemerosotan pascaperang terburuk pada April-Juni tahun lalu karena pukulan awal dari pandemi.
Pemulihan yang didorong ekspor terhenti karena konsumsi terpukul dari lonjakan strain virus baru yang memaksa pemerintah untuk memberlakukan kembali pembatasan hanya 10 minggu sebelum Olimpiade Tokyo.