Rupiah Melemah di Tengah Penantian Rilis Pertumbuhan Ekonomi Kuartal 2

Abdul Azis Said
5 Agustus 2021, 10:44
rupiah, rupiah hari ini, pertumbuhan ekonomi, nilai tukar
Arief Kamaludin|KATADATA
Rupiah pagi ini berpotensi bergerak melemah ke level Rp 14.350 dengan potensi support sebesar Rp 14.300.

Nilai tukar rupiah dibuka melemah 0,11% ke level Rp 14.330 per dolar AS pada perdagangan pasar di spot hari ini. Rupiah melemah di tengah penantian data pertumbuhan ekonomi kuartal II 2021 yang akan dirilis BPS pukul 11.00 WIB.

Mengutip Bloomberg, rupiah bergerak kian melemah ke posisi Rp  14.337 per dolar AS hingga pukul 10.00 WIB.  Sementara mata uang Asia lainnya bergerak bervariasi.

Dolar Taiwan menguat 0,01%, bersama rupee India 0,13%, yuan Tiongkok 0,01% dan bath Thailand 0,04%. Sementra yen Jepang melemah 0,19%, won Korea Selatan 0,03%, peso Filipina 0,09%, dolar Hong Kong 0,01% dan ringgit Malaysia 0,08%.

Analis pasar uang Ariston Tjendra mengatakan, rupiah berpotensi bergerak melemah ke level Rp 14.350 dengan potensi support sebesar Rp 14.300. Pelemahan terutama didorong adanya sentimen pasar terhadap pernyataan Bank Sentral AS, The Federal Reserve (Fed) yang mengisyaratkan akan dilakukannya tapering off akhir tahun ini.

"Tapering ini akan mengurangi likuiditas sehingga busa mendorong penguatan dollar AS." kata Ariston kepada Katadata.co.id, Kamis, (5/8)

Wakil Gubernur Fed Richard Clarida dalam sebuah webinar pada Rabu melam menegaskan langkah bank sentral untuk menarik dukungan stimulus alias tapering off dalam waktu dekat. Ini akan dimulai dengan mengurangi pembelian obligasi pemerintah AS [ada akhir tahun ini, kemudian dilanjutkan dengan kenaikan suku bunga pada tahun 2023.

Langkah pengetatan stimulus dilakukan seiring optimisme terhadap prospek perekonomian AS di beberapa tahun mendatang sekalipun bayang-bayang gelombang baru varian Delta masih menghantu laju pemulihan. "Kondisi yang diperlukan untuk menaikkan kisaran target untuk suku bunga dana federal akan terpenuhi pada akhir tahun 2022,” kata Richard.

Sementara itu,  Dewan Gubernur Fed Christopher Waller sehari sebelumnya juga memberi sinyal Fed akan mengurangi pembelian obligasi pemerintah mulai Oktober mendatang. Ini dilakukan apabila laporan ketenagakerjaan pada Agustus dan September menunjukkan pertumbuhan dalam kisaran 800.000. Capaian itu mendekati level saat prapandemi dan memenuhi tolok ukur Fed untuk mulai mengetatkan kebijakan.

The Fed saat ini membeli setidaknya US$ 120 miliar obligasi setiap bulan, dibagi antara US$ 80 miliar melalui US Treasury dan US$ 40 miliar di sekuritas berbasis hipotek. Langkah moneter ini untuk membantu pemerintahan Biden menyediakan anggaran untuk stimulus jumbo sepanjang pandemi setahun terakhir.

Kendati demikian, Ariston juga memperkirakan rupiah masih berpeluang menahan laju pelemahan di tengah penantian pasar terhadap rilis data ekonomi domestik kuartal kedua. Pemberlakuan PPKM Darurat yang bari dimulai awal Juli menurutnya tidak akan banyak mempengaruhi kinerja periode April-Juni. Dengan demikian, masih ada ruang untuk tumbuh signifikan dan membantu penguatan rupiah.

"Bila data PDB kuartal kedua Indonesia melebihi ekspektasi ekonom 6,5% secara year-on-year, ini bisa menahan laju pelemahan rupiah hari ini." ujarnya.

BPS akan merilis data pertumbuhan ekonomi kuartal kedua siang ini. Sejumlah ekonom memperkirakan kinerja kuartal kedua bisa tumbuh di atas 6% dan dipastikan akan membantu ekonomi nasional keluar dari jurang resesi sejak kuartal kedua tahun lalu.

Sementara, Menteri Keuangan Sri Mulyani masih optimistis ekonomi pada kuartal kedua masih bisa tumbuh di kisara 7,1%-7,5%. Namun prospek pada paruh kedua tahun ini diperkirakannya akan lebih lambat. Ekonomi kuartal III diperkirakan hanya akan tumbuh 4% hingga 5,4%, terimbas PPKM yang masih berlangsung hingga Agustus. Sedangkan ekonomi kuartal IV diperkirakan tumbuh 4,6% hingga 5,9%.

Reporter: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...