Sri Mulyani Waspadai Dampak PPKM Terhadap Stabilitas Sistem Keuangan

Abdul Azis Said
6 Agustus 2021, 12:32
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengikuti rapat kerja dengan Komisi XI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (14/6/2021). Raker tersebut membahas evaluasi perekonomian nasional dan stabilitas sistem keuangan triwulan I tahun 2021. ANTARA FOTO/Apr
Antara/Aprillio Akbar
Menteri Keuangan Sri Mulyani mewaspadai kondisi pada kuartal ketiga yang menghadapi tantangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM level 4 untuk menekan penyebaran varian Delta Covid-19.

"Memang ada faktor ekonomi global yang menyumbang, namun kebijakan countercyclical dalam bentuk fiskal dan non fiskal serta kebijakan moneter dan sektor keuangan dari BI dan OJK yg akomodtif juga telah menorong berlanjutnya pemulihan ekonomi nasional." kata Sri Mulyani.

Beberapa faktor lainnya yang juga mendukung terjadinya pemulihan pada kuartal II, yaitu adanya meomentum Lebaran dan Ramadhan pada  April dan Mei. Selain itu, kondisi kuartal II 2020 yang terkontraksi dalam menciptakan adanya base effect. Ini membuat pertumbuhan kuartal II melonjak signifikan, namun jika dibandingkan kuartal I 2021, pertumbuhannya hanya 3,31%.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, bank sentral masih akan melanjutkan intervensinya dalam pemulihan ekonomi. Hal ini, kata Perry, dilakukan dengan mengerahkan seluruh instrumen kebijakan BI untuk mendukung ekonomi dari sisi moneter, makroprudensial, kebijakan sistem pembayaran, kebijakan pendalaman pasar uang hingga kebijakan internasional dan inklusi keuangan.

"BI telah menurunkan suku bunga enam kali sejak tahun lalu sebesar 150 bps, bank sentral mempertahankan suku bungan rendah tetap pada level 3,5%, suku bunga yang terendah dalam sejarah." kata Erwin dalam sambutannya di acara yang sama dengan Sri Mulyani.

BI masih akan melanjutkan langkah-langkah untuk menjaga nilai tukar rupiah. Perry mengatakan langkah ini dilakukan melalui intervensi di pasar spot, DNDF dan pembelian SBN dari pasar sekunder. Dia juga menambahkan, bank sentral juga masih akan terus melanjutkan penambahan likuiditas ke pasar uangan dan perbankan.

Pada tahun ini BI telah menambah lukiditas quantitive easing di perbankan sebesar Rp 101,1 triliun hingga 19 Juli 2021. Sementara nilai likuiditas melalui quantitative easing yang sudah diberikan sejak pandemi mencapai Rp 833,9 triliun atau setara 5,4% PDB.

Halaman:
Reporter: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...