Survei BI: Kurangi Konsumsi, Orang Kaya Pilih Menabung Selama PPKM

Abdul Azis Said
9 Agustus 2021, 18:48
Survei, Konsumsi rumah tangga, Bank Indonesia, PPKM Level 4
Muhammad Zaenuddin|Katadata
Pengguna jasa reparasi seluler genggam menghitung uang usai mereparasi seluler genggam miliknya di bawah Jembatan Penyebrangan Orang (JPO) menawarkan jasa reparasi dan tukar tambah seluler genggam di Pusat Grosir Cililitan (PGC), Cililitan, Jakarta Timur, Selasa, (13/7/2021). Upaya tersebut dilakukan para penjaja seluler genggam yang merupakan pedagang di dalam Mal PGC akibat ditutupnya pusat perbelanjaan selama masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat.

Survei Bank Indonesia (BI) melaporkan minat konsumen untuk membelanjakan penghasilannya turun sepanjang Juli 2021. Hal itu terjadi seiring pengetatan mobilitas selama pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM Darurat dan PPKM Level 4 di bulan lalu.

Bank sentral mencatat, rata-rata proporsi pendapatan konsumen untuk konsumsi atau average propensity to consume ratio turun menjadi 74,6% pada Juli 2021, dari catatan Juni 2021 yakni 75,5%.

Lesunya minat konsumsi masyarakat tersebut beriringan dengan tingginya minat untuk menabung. Masyarakat cenderung mengalihkan pendapatan mereka dari semula untuk konsumsi menjadi simpanan atau tabungan. 

Berdasarkan data Bank Indonesia, saving to income ratio atau rasio pendapatan untuk simpanan masyarakat naik dari 14,9% menjadi 15,1% sepanjang Juli 2021. Capaian tersebut sekaligus mengindikasikan kalau masyarakat mengurangi konsumsinya.

Hal serupa tampak pada komposisi pendapatan yang dipakai untuk pembayaran cicilan atau utang (debt to income ratio) yang naik dari 9,6% menjadi 10,3%.

"Penurunan terjadi pada mayoritas kategori pengeluaran, terutama pada responden dengan pengeluaran di atas Rp 5 juta per bulan," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam keterangan resmi Survei Konsumen, Senin (9/8).

Melansir dari laman resmi Bank Indonesia, kelompok pengeluaran rumah tangga dengan pengeluaran rendah Rp 1 juta hingga Rp 3 juta cenderung masih mempertahankan tingkat konsumsinya bahkan mengalami peningkatan. Proporsi konsumsi terhadap pendapatan pada kelompok ini naik dari 75,6% pada Juni menjadi 76,7% Juli 2021.

Sementara itu, untuk masyarakat dengan pengeluaran Rp 2,1 juta hingga Rp 3 juta juga mencatatkan kenaikan pada proposi konsumsinya dari 73,8% menjadi 75% per Juli 2021. Rumah tangga dengan pengeluaran di atas Rp 3,1 juta cenderung mengerem konsumsi.

Rasio konsumsi terhadap pendapatan untuk kelompok pengeluaran Rp 3,1 juta - Rp 4 juta melemah dari 73,5% menjadi 72,9%. Begitupun pada kelompok pengeluaran Rp 4,1 juta - Rp 5 juta yang turun dari 71% menjadi 70%.

Sementara itu, rumah tangga dengan pengeluaran tinggi di atas Rp 5 juta mencatatkan penurunan rasio konsumsi paling tinggi. Di mana, tingkat konsumsi kelompok ini turun dari 72,5% menjadi 68,1% per Juli 2021.

Kondisi tersebut mencerminkan kalau kelompok masyarakat dengan pengeluaran di atas Rp 5 juta cenderung memilih menabung ketimbang melakukan kegiatan konsumsi selama PPKM Darurat dan PPKM Level 4 . Alhasil, rasio tabungan terhadap pendapatan mereka naik menjadi 17,3% bulan Juli, dibandingkan catatan 16,9% pada Juni 2021.

Minat konsumsi rumah tangga dengan pengeluaran Rp 1 juta - Rp 2 juta untuk menabung juga mengalami kenaikan tipis. Porsi pendapatan yang dipakai untuk menabung naik dari 15,4% pada Juni menjadi 15,5% pada Juli 2021.

Sebaliknya, masyarakat pengeluaran di bawah Rp 5 juta lainnya cenderung mengurangi penggunaan pendapatannya untuk menabung. Rasio tabungan pada kelompok pengeluaran Rp 2,1 juta - Rp 3 juta turun dari 16,9% menjadi 14,4% per Juli 2021. Begitupun kelompok pengeluaran Rp 3,1 juta - Rp 4 juta yang turun dari 15,9% menjadi 15,6%, sedangkan kelompok pengeluaran Rp 4,1 juta - Rp 5 juta turun dari 16,1% menjadi 15,6%.

Direktur Eksekutif CORE Indonesia Mohammad Faisal mengatakan penerapan PPKM Darurat membuat rasio konsumsi pada semua kelompok pengeluaran mengalami penurunan. Hal ini seiring penurunan signifikan pada indeks keyakinan konsumen (IKK) di kelompok pengeluaran rendah Rp 1 juta - Rp 2 juta. 

"Bisa jadi Juli ada pengeluaran yang harus mereka keluarkan atau kemungkinan lainnya. Tapi ini bukan suatu tren yang bisa disimpulkan hanya dalam satu bulan saja. Keadaan ini bertolak belakang dengan IKK," kata Faisal kepada Katadata.co.id, Senin (9/8).

Faisal menilai masih tingginya rasio konsumsi pada kelompok pengeluaran rendah hanya bersifat sesaat. Konsumsi kemungkinan ditopang oleh penyaluran tambahan bantuan sosial (bansos) pemerintah dan tidak merepresentasikan pertumbuhan daya beli yang sesungguhnya.

Menurut dia, kenaikan rasio tabungan terhadap pendapatan kelompok pengeluaran di atas Rp 5 juta mengindikasikan fenomena pent-up demand. Konsekuensinya, rasio pendapatan yang dialokasikan untuk tabungan mengalami peningkatan.

"Sederhananya, konsumen dengan pengeluaran tinggi menahan konsumsinya selama musim paceklik seperti sekarang," ujarnya.

Survei konsumen BI Juli 2021 mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi anjlok ke level pesimistis seiring penerapan PPKM Darurat dan PPKM Level 4. Ini tercermin dari nilai indeks keyakinan konsumen (IKK) periode Juli 2021 sebesar 80,2, jatuh dari bulan sebelumnya yang mencapai 107,4 poin.

Penurunan IKK pada Juli sekaligus mengakhiri periode menguatnya IKK yang berlangsung sejak awal tahun ini. IKK pada tiga bulan sebelumnya, April hingga Juni berhasil naik ke atas 100 atau memasuki fase optimistis.

Reporter: Abdul Azis Said

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...