Covid-19 Melandai, Sri Mulyani Proyeksi Ekonomi Kuartal III Tumbuh 5%
Sri Mulyani juga yakin ekonomi pada kuartal terakhir nanti bisa tumbuh lebih kuat. Namun dengan syarat pengendalian Covid-19 tetap terjaga, terutama dengan akselerasi vaksinasi dan disiplin protokol kesehatan.
"Tentu dengan asusmi varian baru maupun terjadinya klaster akibat aktivitas apakah itu di pendidikan mauapun aktivitas ekonomi masih bisa terkendali dengan baik, sehinga tidak perlu diinjak rem lagi" kata Sri Mulyani.
Seiring kinerja kuartal III yang masih positif dan cukup kuat, pertumbuhan ekonomi tahun 2021 diramal masih akan mencapai target yang dibuat sebelumnya yakni 3,7%-4,5%. Semua indikator juga akan tumbuh positif. Konsumsi rumah tangga yang menyumbang lebih dari separuh Produk Domestik Bruto (PDB) akan tumbuh 2,3%-2,6%.
Investasi yang merupakan penyumbang terbesar kedua akan tumbuh 4,4%-4,9%. Komponen lainnya, ekspor tumbuh 17,9%-19,4%. Impor tumbuh 17,3%-18% serta konsumsi pemerintah tumbuh 3,4%-4,2%.
Bank Pembangunan Asia (ADB) dan OECD dalam laporan terbarunya yang dirilis pekan ini memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi RI tahun ini. ADB memangkas prediksi pertumbuhan Indonesia dari 4,5% menjadi 3,5%, sedangkan OECD menurunkan proyeksinya dari 4,7% menjadi 3,7%. Keduanya memperkirakan, pemulihan masih akan berlanjut hingga akhir tahun namun dengan laju yang lebih moderat.
Sementara pada tahun depan, ADB memperkirakan ekonomi Indonesia tumbuh 4,8%, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya 5%. Ramalan tak jauh berbeda diberikan OECD yakni pertumbuhan ekonomi 4,9% pada tahun depan, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya 5,1%.
ADB mengungkap ada tiga faktor yang mendorong pertumbuhan ekonomi RI tahun ini dan tahun depan lebih lambat. Pertama, pertumbuhan ekonomi 7,07% pada kuartal II 2021 lebih rendah dari ekspektasi. Kedua, adanya PPKM yang sudah jalan tiga bulan menghambat perekonomian. Ketiga, pengaruh dari perlambatan ekonomi global.