Rupiah Perkasa di 14.155 per US$ Meski Diterpa Sentimen Tapering Off

Abdul Azis Said
14 Oktober 2021, 10:15
rupiah, tapering off, the federal reserve
ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/pras.
Ilustrasi. Rupiah dibuka menguat 0,16% ke level Rp 14.195 per dolar AS pada perdagangan hari ini.

Di sisi lain, Ariston juga melihat berbagai sentimen global mungkin akan menahan penguatan rupiah hari ini. Inflasi AS bulan September dilaporkan masih bertahan di level tinggi, bersamaan dengan rilis risalah rapat bank sentral AS, The Fed yang mengungkap tapering off berpeluang dimulai bulan depan.

"Dengan masih terbukanya kebijakan pengetatan moneter AS dalam waktu dekat, penguatan rupiah bisa jadi tidak akan terlalu tinggi hari ini," kata Ariston.

Indeks Harga Konsumen (IHK) AS bulan September tercatat 0,4% secara month-to-month (mtm), lebih tinggi dari ekspektasi Dow Jones 0,03%. Inflasi secara tahunan tercatat mencapai 5,4% dari perkiraan 5,3%, tertinggi sejak Januari 1991.

Harga bahan makanan melonjak 0,9% secara mtm, setelah kenaikan 0,4% bulan sebelumnya. Ini sekaligus menandai kenaikan tertinggi sejak April tahun lalu. Harga sewa rumah juga mencatat inflasi 4%, kenaikan tertinggi dalam lima tahun terakhir.

Inflasi yang memanas telah menjadi perhatian The Fed untuk mulai menarik gas tapering off. Dalam laporan risalah rapat yang rilis belum lama ini, anggota Komite Rapat Terbuka Federal (FOMC) membuka peluang tapering berupa pengurangan pembelian aset akan dimulai paling cepat pertengahan November atau Desember 2021. Kebijakan ini akan diumumkan dalam rapat FOMC awal bulan depan.

The Fed rutin membeli aset pemerintah senilai US$ 120 miliar setiap bulan dalam rangka menyediakan stimulus pandemi, ini terdiri atas US$ 80 miliar berupa US Treasury dan US$ 40 miliar sekuritas berbasis hipotek. The Fed berencana mulai mengurangi pembelian itu secara bertahap, yakni US$ 10 miliar untuk US Treasury dan US$ 5 miliar pada sekuritas berbasis hipotek. Kemudian pembelian aset ditargetkan berakhir pada akhir paruh pertama 2022.

Analis pasar uang Bank Mandiri Rully Arya Wisnubroto memperkirakan rupiah bergerak stabil di kisaran Rp 14.173-Rp 14.243 per dolar AS. Ia menyebut berbagai gejolak eksternal seperti tapering off The Fed dan laporan inflasi AS tidak akan berpengaruh signifikan.

"Rupiah masih tetap sangat stabil, dipengaruhi oleh perkembangan harga komoditas, yang kemungkinan berdampak positif kepada neraca perdagangan," kata Rully kepada Katadata.co.id

Bank Dunia merilis laporan pergerakan harga komoditas kuartal III 2021. Laporan tersebut menunjukkan sejumlah komoditas mengalami kenaikan harga bulan lalu. Harga batu bara Australia naik ke level tertingginya dalam tiga bulan, yakni US$ 185,7 per mt. Minyak mentah Brent naik menjadi US$ 74,6 per miliar barel dan minyak mentah WTI di harga US$ 71,6.

Komoditas bahan mineral juga terus naik. Harga alumunium mencapai level tertingginya US$ 2.835 per mt, nikel juga naik ke level US$ 19.377 per mt. Timah sekalipun lebih rendah dari harga bulan Juli tetapi naik dari Agustus yakni US$ 34.887 per mt.

Halaman:
Reporter: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...