Rupiah Loyo ke 14.299 per Dolar AS Tertekan Inflasi AS yang Meroket
Kemudian harga makanan juga menunjukkan kenaikan yang cukup besar, naik 0,9% secara bulanan dan 5,3% secara tahunan. Dalam kategori makanan, daging, unggas, ikan dan telur secara kolektif naik 1,7% secara bulanan dan 11,9% secara tahunan
Pada hari yang sama usai rilis data inflasi AS, yield US Treasury tenor 10 tahun kembali menanjak hingga level 1,56%. Tingkat yield sempat turun ke level 1,46% pada hari sebelumnya. Selain itu, kenaikan yield juga kompak pada semua jenis obligasi baik bertenor pendek maupun panjang.
"Yield yang lebih atraktif ini bisa mendorong pasar masuk kembali ke obligasi AS dan mendorong penguatan dollar AS," kata Ariston.
Meski demikian, Ariston juga mengatakan terdapat dua sentimen yang dapat menahan laju pelemahan tidak terlalu dalam. Pertama, inflasi AS yang terus memanas tidak serta merta mendorong bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed) mempercepat kenaikan bunga acuan.
Ia mengatakan The Fed cenderung tidak ingin terburu-buru menaikkan suku bunga. The Fed juga telah mengonfirmasi bahwa pihaknya juga akan mempertimbangkan kondisi tenaga kerja sebelum mengambil langkah tersebut.
Kedua, sentimen perbaikan perekonomian domestik. "Selain itu kondisi ekonomi dalam negeri yang mulai bergerak kembali karena pandemi yang terkendali juga bisa membantu menahan pelemahan," kata Ariston.
Sejumlah data perekonomian domestik menunjukkan adanya perbaikan seiring pelonggaran PPKM. Indeks PMI Manufaktur melesat ke level 57,2 poin bulan lalu, tertinggi sepanjang sejarah. Indeks keyakinan konsumen bulan lalu sebesar 113,4 poin juga mencatat rekor tertinggi dalam 19 bulan terakhir atau sejak awal pandemi.