Target Pertumbuhan Ekonomi Pemerintah Tahun Depan Masih di Bawah 6%

Agustiyanti
20 Mei 2022, 11:00
Menteri Keuangan Sri Mulyani, pertumbuhan ekonomi, APBN, defisit APBN
Youtube/Kemenkeu RI
Menteri Keuangan Sri Mulyani memastikan defisit APBN akan didorong kembali di bawah 3% dengan usulan target dalam rentang 2,6% hingga 2,9%.
  1. Memfokuskan anggaran untuk penguatan kualitas SDM, akselerasi pembangunan infrastruktur, reformasi birokrasi dan regulasi, revitalisasi industri dan mendorong pembangunan ekonomi hijau.
  2. Meningkatkan efektivitas transformasi ekonomi didukung dengan reformasi fiskal yang holistik melalui mobilisasi pendapatan untuk pelebaran ruang fiskal, konsistensi penguatan spending better untuk efisiensi dan efektivitas belanja, serta terus mendorong pengembangan pembiayaan yang kreatif dan inovatif.

Sri Mulyani juga menyampaikan pendapatan negara tahun depan ditargetkan  meningkat dalam kisaran 11,19% hingga 11,7% produk domestik bruto (PDB), sedangkan belanja negara meningkat menjadi 13,8% hingga 14,60% PDB. Di sisi lain, menurut dia,  keseimbangan primer yang mulai bergerak menuju positif di kisaran -0,46% hingga -0,65% PDB.

"Defisit APBN juga diarahkan kembali di bawah 3%, yakni antara -2,61% hingga -2,90% PDB dan rasio utang tetap terkendali dalam batas manageable di kisaran 40,58% sampai dengan 42,42% PDB," kata dia. 

Pemerintah menargetkan tingkat pengangguran terbuka tahun 2023  dalam kisaran 5,3% hingga 6,0%, angka kemiskinan dalam rentang 7,5% hingga 8,5%, rasio gini dalam kisaran 0,375 hingga 0,378 serta Indeks Pembangunan Manusia dalam rentang 73,31 hingga 73,49. Selain itu Nilai Tukar Petani (NTP) dan Nilai Tukar Nelayan (NTN) juga ditargetkan meningkat mencapai kisaran masing-masing 103 sampai dengan 105 dan 106 sampai dengan 107.

Kajian Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional atau Bappenas menunjukkan butuh pertumbuhan ekonomi rata-rata 6% per tahun untuk bisa keluar dari middle income trap alias jebakan pendapatan menengah dan menjadi negara kaya pada 2045.

"Pertumbuhan di 5% saja tidak cukup bagi Indonesia untuk bisa mencapai high income country pada tahun 2045,  pertumbuhan di rata-rata 6% menjadi keharusan bagi Indonesia," kata Deputi bidang Ekonomi Bappenas Amalia A Widyasanti dalam diskusi virtual, Selasa (11/1).

Halaman: