Benarkah Konversi Elpiji 3 Kg ke Kompor Listrik Menghemat Uang Negara?
"Karena tidak semua masyarakat beralih dari LPG 3 Kg ke kompor listrik, degree of substitution enggak besar. Walaupun subsidinya dialihkan belum tentu membuat masyarakat langsung beralih karena berbagai faktor, salah satunya karena kecenderungan pemakaian," kata Riefky.
Pakar Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada (UGM), Fahmy Radhi menilai konversi ke kompor listrik menjadi langkah yang efektif menghemat APBN. Mayoritas kebutuhan bahan untuk LPG subsidi Indonesia saat ini perlu diimpor. Hal ini membuat besar kecilnya subsidi sangat terpengaruh kondisi pasar global.
Di sisi lain, konversi kompor ini bisa mendorong pemerintah fokus pada pemberian subsidi listrik yang notabennya lebih tepat sasaran dibandingkan susbdi LPG. Masyarakat miskin yang sebelumnya menggunakan daya 450 VA bisa dinaikan ke 900 VA seiring akan dibagikannya kompor listrik. Meski demikian, subsidi tetap diberikan kepada mereka yang daya listriknya dinaikkan menjadi 900 VA.
"LPG itu hampir 80% bahanya impor. Ini jelas menjadi pembengkakan APBN. Belum lagi subsidinya tidak tepat sasaran, Sementara kalau pindah ke kompor listrik yang disubsidi adalah listrik, itu cenderung sudah tepat sasaran," ujarnya.
Data Susenas 2021 menunjukkan subsidi listrik termasuk kategori progresif dibandingkan LPG maupun Solar yang cenderung regresif. Artinya, subsidi listrik yang diberikan lebih tepat sasaran. Rumah tangga miskin terutama 40% terbawah menikmati hampir separuh dari subsidi listrik, berbeda dengan LPG yang mayoritas justru dinikmati kelompok mampu.