Pertumbuhan Ekonomi Kuartal 3 Diramal Melesat, Ini Analisis 6 Ekonom

Abdul Azis Said
7 November 2022, 07:46
Pertumbuhan ekonomi
ANTARA FOTO/Budi Candra Setya/wsj.
Suasana bongkar muat di Terminal Peti Kemas, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (3/9/2022).

Indeks PMI Manufaktur yang terus naik mencerminkan kuatnya sisi penawaran. Pertumbuhan yang kuat di periode ini juga karena efek pertumbuhan yang rendah pada kuartal ketiga tahun lalu akibat lonjakan Covid-19 Delta.
Net ekspor tetap solid seiring permintaan yang masih terjaga. Investasi juga diperkirakan menguat seiring ekspansi manufaktur.
"Pertumbuhan belanja pemerintah secara tahunan diperkirakan terkontraksi seiring dengan situasi Covid-19 yang semakin terkendali, yang berdampak pada penurunan biaya program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN)," kata Faisal.

4. Mirae Asset Sekuritas - Rully A Wisnubroto

Pertumbuhan ekonomi diperkirakan 5,6 persen, dengan pertumbuhan kuartalan 1,7 persen. Konsumsi menguat ditopang mobilitas yang meningkat dan penanganan pandemi yang semakin baik.

Komponen investasi juga meningkat berkat iklim investasi yang semakin baik serta kondisi politik yang stabil. Ekspor juga masih tinggi sehingga mendorong surplus neraca dagang selama 29 bulan beruntun sampai dengan September.

5. Bank Permata - Josua Pardede

Pertumbuhan ekonomi diperkirakan berkisar di 5,5 persen secara tahunan. Mesin utama pertumbuhan masih bersumber dari konsumsi rumah tangga, net ekspor dan investasi.

Konsumsi diperkirakan tumbuh kuat hingga 6 persen secara tahunan, tetapi memang melambat dibandingkan kuartal kedua tahun ini. Penyebabnya karena tingkat konsumsi pada kuartal tiga tahun lalu lemah akibat penyebaran Delta.

"Kondisi indikator konsumsi cenderung melambat terutama pada bulan September karena dampak penyesuaian harga BBM, namun konsumsi secara keseluruhan cenderung masih solid terutama pada bulan Juli dan Agustus," kata Josua.

6. LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia - Teuku Riefky

Pertumbuhan ekonomi diperkirakan mencapai 5,81 persen secara tahunan. Pertumbuhan tinggi ini tidak lepas karena basis pertumbuhan yang memang rendah pada periode yang sama tahun lalu. Selain itu, permintaan domestik yang kuat dan surplus perdagangan yang sangat baik memberi dukungan tambahan bagi pertumbuhan Indonesia di sisa tahun ini.

Namun memang muncul berbagai tantangan perekonomian pada paruh kedua 2022 yang belum terlihat selama enam bulan pertama. Ini di antaranya kenaikan suku bunga yang makin agresif memicu arus modal keluar secara masif di berbagai negara, termasuk di Indonesia.

Kondisi ini menjadi pemicu depresiasi nilai tukar rupiah. Inflasi juga menanjak mencapai level tertingginya dalam tujuh tahun karena kenaikan harga komoditas serta kenaikan harga BBM.

Halaman:
Reporter: Abdul Azis Said
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...