Masih Ada 400 Juta Orang di ASEAN Belum Punya Rekening Bank

Agustiyanti
29 Maret 2023, 07:44
ASEAN, inklusi keuangan, layanan keuangan
ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo/foc.
Gubernur Bangko Sentral ng Pilipinas Felipe M. Medalla (tengah) bersama Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor Leste Satu Kahkonen (kiri) sebagai pembicara saat seminar tingkat tinggi "Innovative Strategy to Further Enhance Financial Inclusion" di Bali Nusa Dua Convention Center, Badung, Bali, Selasa (28/3/2023). Seminar tingkat tinggi tersebut merupakan rangkaian dari ASEAN Finance and Central Bank Governors Meeting (AFMGM) untuk mewujudkan tiga Priorities Economic Deliverables (PEDs).
  1. Teknologi digital telah terbukti membantu pemerintah merespons guncangan dengan lebih cepat
  2. Uang elektronik dalam telepon genggam telah menunjukkan dampak besar pada keuangan digital
  3. Pembayaran digital telah berkontribusi pada tujuan pembangunan seperti elektrifikasi berkelanjutan dan akses ke layanan kesehatan
  4. Pembayaran digital juga dapat membantu membangun ketahanan finansial dan memitigasi risiko dari dampak buruk perubahan iklim.
  5. Layanan keuangan, yang didukung oleh perusahaan teknologi finansial/financial technology (tekfin/fintech) juga menurunkan biaya transaksi.
  6. Inovasi teknologi finansial dapat membantu mempersempit kesenjangan keuangan UMKM melalui produk digital baru dan otomatisasi proses.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam acara yang sama menyebutkan ada tiga cara inovatif untuk mendongkrak inklusi keuangan di Tanah Air, yakni  mengembangkan ekosistem terintegrasi, akselerasi digitalisasi, serta meningkatkan literasi keuangan dan perlindungan konsumen

Ia menjelaskan, pengembangan ekosistem terintegrasi untuk mendukung pelaku usaha kecil melalui pengembangan klaster Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). BI saat ini memiliki sekitar 3.000 UMKM binaan melalui 46 kantor perwakilan untuk meningkatkan skala pelaku usaha.

Akselerasi digitalisasi, menurut dia, sudah dilakukan antara lain melalui pemanfaatan sistem pembayaran cepat atau BI Fast dan QRIS yang sudah dirilis BI. BI menyebut pengguna QRIS saat ini sudah mencapai 30 juta dan 80% di antaranya merupakan pelaku UMKM. 

"Tahun ini kami menargetkan 45 juta pengguna QRIS," kata Perry. 

Sementara terkait literasi keuangan dan perlindungan konsumen, menurut Perry, masih banyak pelaku UMKM di Indonesia yang membutuhkan pemahaman produk dan layanan keuangan. Adapun pemanfaatan teknologi digitalisasi juga berkaitan dengan keamanan siber khususnya menghindari penyalahgunaan data pribadi.

Otoritas Jasa Keuangan mencatat, tingkat inklusi keuangan di Indonesia pada 2022 mencapai 85% atau naik dibandingkan 2019 mencapai 76%. Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar berharap target inklusi keuangan yang dicanangkan pemerintah pada 2024 sebesar 90% dapat tercapai. Salah satunya, dengan mendorong fintech untuk berkontribusi optimal dalam meningkatkan literasi dan inklusi keuangan. 

"Untuk mendukung itu, kami tetap harus meningkatkan aspek kehati-hatian," kata Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar dalam pemaparan virtual di sela Pertemuan Menteri Keuangan dan Bank Sentral ASEAN di Nusa Dua, Bali, Selasa.

Dia menjelaskan aspek kehati-hatian itu dilakukan denganmencermati situasi industri fintech yang saat berbeda dibandingkan beberapa waktu lalu. Perusahaan teknologi keuangan digital sempat didukung aliran likuiditas  yang berlimpah di pasar modal dengan biaya rendah seiring kebijakan pemerintah dalam menghadapi dampak pandemi Covid-19, Namun, tingkat suku bunga di Amerika Serikat dan Eropa meningkat tajam dalam setahun terahir mengubah peta permainan bagi para pelaku fintech. 

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...