Rupiah Makin Melemah, Pasar Khawatir Isu Utang Amerika Serikat

Abdul Azis Said
16 Mei 2023, 17:20
Pekerja menghitung uang dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang di Jakarta, Rabu (5/1/2022).
ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/wsj.
Pekerja menghitung uang dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang di Jakarta, Rabu (5/1/2022).

Rupiah ditutup melemah 0,1% ke level Rp 14.820 per dolar AS di pasar spot, Selasa (16/5) sore ini. Kekhawatiran terhadap risiko gagal bayar atau default utang AS masih membebani aset berisiko termasuk rupiah hari ini.

Beberapa mata uang Asia lainnya yang juga melemah seperti won Korea Selatan 0,16%, yuan Cina 0,20%, baht Thailand 0,51% dan ringgit Malaysia 0,06%. Sementara mata uang Asia lainnya menguat terhadap dolar terutama yen Jepang yang menguat tajam 0,29%.

Analis PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuabi melihat pergerakan rupiah hari ini masih dibayangi isu plafon utang AS yang tak kunjung mencapai titik temu. Presiden AS Joe Biden menyatakan kesepakatan bisa dicapai tepat waktu, tapi Ketua DPR AS Kevin McCarthy mengungkap pemerintah dan Kongres tampaknya masih 'berjarak'.

Menteri Keuangan AS, Janet Yellen juga kembali bersurat kepada DPR AS masih perihal risiko pemerintah tak mampu membayar tagihannya jika kesepakatan menaikkan plafon utang tak tercapai sampai awal bulan depan. Ini artinya pemerintah juga berisiko default atau gagal bayar utang.

Adapun Presiden Joe Biden dan DPR AS dijadwalkan bertemu hari ini untuk membahas kelanjutan soal plafon utang tersebut.

"Sentimen terhadap aset yang digerakkan oleh risiko juga diguncang oleh sejumlah pejabat bank sentral AS, The Fed yang memperingatkan bahwa bank masih dapat bertindak lebih jauh untuk menurunkan inflasi yang membandel," kata Ibrahim dalam catatannya sore ini, Selasa (16/5).

Sentimen kurang baik juga datang dari sinyal perlambatan ekonomi terbesar Asia, Cina. Data produksi industri di negara tersebut tumbuh 5,6% secara tahunan pada April, jauh di bawah ekspektasi pasar yang disurvei Reuters 10,9%. Penjualan ritel juga tumbuh lebih lambat dari perkiraan pasar yakni di 18,4%.

Dua data tersebut menambah bukti bahwa ekonomi Cina memberi sinyal perlambatan. Kinerja manufaktur yang dirilis awal bulan ini juga menunjukkan kontraksi setelah masih ekspansi pada bulan sebelumnya.

Sedangkan untuk perdagangan besok, Ibrahim memperkirakan mata uang rupiah dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp. 14.800- Rp 14.860 per dolar AS.

Reporter: Abdul Azis Said
Editor: Yuliawati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...