Bank Indonesia Serap SBN Rp 8,8 Triliun untuk Stabilkan Rupiah

Ferrika Lukmana Sari
31 Januari 2024, 03:43
Bank Indonesia
ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/tom.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (tengah) bersama Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Mahendra Siregar (kiri) dan Gubenur Bank Indonesia Perry Warjiyo (kanan) menyampikan hasil rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) I Tahun 2024 di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa (30/1/2024). KSSK melaporkan hasil rapat berkala KSSK I Tahun 2024 bahwa stabilitas sistem keuangan Indonesia tetap stabil di tengah risiko pelambatan ekonomi dunia dan ketidakpastian pasar keuangan global karen
Button AI Summarize

Bank Indonesia (BI) telah mengambil langkah intervensi untuk menstabilkan nilai tukar rupiah. Mengingat, nilai tukar rupiah mendekati Rp 16.000 per dolar AS, atau melemah sejak awal tahun.

Salah satunya dengan melakukan intervensi di pasar surat berharga negara (SBN). Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengatakan, tahun ini bank sentral telah menyerap SBN.

"Secara keseluruhan BI, tahun ini sudah membeli SBN termasuk dari pasar sekunder Rp 8,8 triliun," kata Perry daat konferensi pers hasil rapat berkala Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) I Tahun 2024 di Jakarta, Selasa (30/1).

Perry mengungkapkan alasan BI membeli SBN, karena banyak investor yang melepas kepemilikan SBN, termasuk dari asing. Dengan pembelian SBN tersebut, maka pelemahan rupiah bisa diredam.

Di sisi lain, strategi intervensi tersebut juga akan menambah likuiditas rupiah. "Kalau kami jual valas dan kami supply valas dari cadangan devisa, rupiah masuk supaya likuid. Jika keluar lagi, kami beli SBN. SBN yang dijual asing kami beli, likuiditas rupiah tambah lagi," ujarnya.

Menurut Perry, langkah tersebut dinamakan sterilize intervention atau intervensi valas yang disterilisasi agar likuiditas rupiah tidak berdampak pada sistem stabilitas keuangan Indonesia.

“Jadi likuiditas tetap terjaga, supaya bank-bank yang likuiditasnya berlebih bisa menyalurkan likuiditasnya kembali pada perbankan,” ujarnya.

Fundamental Permintaan dan Penawaran Rupiah

Perry menjelaskan, bahwa perkembangan ekonomi termasuk nilai tukar dipengaruhi oleh dua faktor utama. Yakni faktor fundamental penawaran serta permintaan.Kemudian faktor pemberitaan.

Misalnya saja, perkembangan harga inflasi yang sangat dipengaruhi oleh permintaan, penawaran dan pemberitaan. Bisa saja permintaan dan penawaran terkendali tapi bisa terpengaruh dengan adanya pemberitaan.

Perry mencontohkan, jelang hari keagamaan besar nasional seperti Idulfitri dapat memengaruhi kenaikan harga di pasaran.

“Begitu juga nilai tukar, secara fundamental mestinya menguat, buktinya fundamentalnya, karena neraca perdagangan kita surplus terus, supply nya banyak. Surplus perdagangan berarti hasil ekspor dan permintaan valas untuk impor kan lebih banyak valas dari ekspor, karena surplus perdagangan,” ujarnya.

Penguatan Rupiah Terjadi di Semester II 2024

Maka dari itu, Perry memperkirakan penguatan rupiah akan terjadi di semester kedua tahun ini, bukan dalam jangka waktu dekat. Karena terdapat faktor-faktor pemberitaan yang memengaruhi pergerakan nilai tukar di seluruh dunia.

Sebagai contoh, dalam dua minggu terakhir terdapat banyak pemberitaan pasar memprediksi suku bunga acuan bank sentral AS, The Federal Reserve Fed Fund Rate (FFR) akan turun.

Bahkan ada pihak yang mengatakan akan turun di kuartal pertama atau kedua, tapi ternyata data-data terakhir FFR FOMC berbeda. Perry minta untuk semua bersabar dan tidak terburu-buru menurunkan suku bunga.

“Kita monitor minggu ini, nanti statement nya kaya apa. Ini faktor berita yang membawa [rupiah] tempo hari melemah, menguat lagi. Tempo hari indeks dolar sudah turun dari 103 ke 102, naik lagi ke 103 malah di atas 103,” ujar Perry.

Reporter: Zahwa Madjid

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...