Pengusaha Sawit Waspada Aturan Deforestasi Eropa

Andi M. Arief
20 Februari 2024, 13:38
CPO, harga CPO, deforestasi
ANTARA FOTO/Fransisco Carolio/nym.
Ilustrasi. Penjualan CPO Indonesia di Eropa terganjal oleh aturan deforestasi Uni Eropa.

Corporate Secretary Triputra Agro Joni Tjeng mengatakan,  EUDR tidak berdampak pada perusahaan lantaran strategi penjualan perseroan berfokus ke pasar lokal. Namun, emiten sawit berkode TPAG ini mengatakan perseroan tetap mengembangkan teknologi ketelusuran.

Seperti diketahui, salah satu poin yang ditekankan dalam EUDR untuk mengurangi deforestasi adalah ketelusuran. Beleid tersebut mengaitkan produksi keberlanjutan dengan transparansi dan ketelusuran sebuah produk, dalam hal ini CPO.

"Perseroan tetap mengembangkan teknologi ketelusuran, khususnya bagi tandan buah segar yang berasal dari pihak ketiga sebagai komitmen produksi berkelanjutan," kata Joni kepada Katadata.co.id. 

Joni menilai melemahnya saham emiten industri CPO sepanjang 2023  bukan disebabkan EUDR. Menurutnya, pelemahan harga saham emiten sawit disebabkan oleh koreksi harga CPO di pasar global.

Di samping itu, Joni mencatat penyusutan harga saham emiten sawit disebabkan oleh peningkatan biaya penumpukan, khususnya pada paruh pertama 2023. "Kedua hal tersebut diperkirakan jadi hal utama yang mempengaruhi emiten sawit.

Di sisi lain, Presiden Direktur Astra Agro Santosa berpendapat, penyusutan harga saham perusahaan disebabkan EUDR. Mayoritas pemegang saham ritel emiten sawit berkode AALI ini adalah investor asing.

Santosa mengatakan, mayoritas investor global adalah pengelola dana pensiun sebuah negara. Adapun, salah satu dana pensiun besar yang menjadi salah satu investor di industri CPO nasional adalah dana pensiun salah satu negara di Eropa.

"Investor global itu kebanyakan dana pensiun asing, kalau investor domestik tidak besar nilainya. Kalau banyak net-sell asing, itu dana pensiun besar dari Eropa," kata Santosa.

Santosa menduga penyusutan saham AALI disebabkan oleh investor asing yang terserang secara psikologis akibat EUDR. Di samping itu, Santosa menilai performa fundamental AALI sepanjang 2023 masih cukup baik.

Ia pun menyebutkan, volume produksi tandan buah segar atau TBS sawit tumbuh 4,8% secara tahunan alias year on year (yoy) menjadi 3,31 juta ton tahun lalu. Santosa memproyeksikan produksi TBS 2024 tidak akan jauh berbeda dengan 2023.

Santosa menjelaskan pertumbuhan produksi TBS tahun lalu disebabkan oleh normalisasi penutupan keran ekspor pada 2022. Pemerintah melarang ekspor CPO pada paruh pertama 2022 sekitar 30 hari.

Halaman:
Reporter: Andi M. Arief
Editor: Agustiyanti
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...