Rupiah Menguat Usai BI Pertahankan Suku Bunga Acuan 6%
Nilai tukar rupiah menguat 0,16% ke level Rp 15.635 per dolar AS pada perdagangan Kamis (22/2) setelah Bank Indonesia (BI) kembali menahan suku bunga acuan pada level 6%. Sejumlah analis memperkirakan penguatan rupiah akan berlanjut
Analis pasar uang, Lukman Leong mememperkirakan, rupiah akan berlanjut menguat terhadap dolar AS yang terkoreksi. Sebab, pelemahan dolar AS terjadi setelah tidak ada kejutan dari pernyataan The Fed dalam risalah pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) semalam.
“Sementara dari dalam negeri, Investor menantikan data neraca transaksi berjalan Indonesia kuartal keempat 2023,” ujar Lukman kepada Katadata.co.id, Kamis (22/2).
Dengan kondisi itu, Lukman memperkirakan rupiah bergerak dalam rentang Rp 15.600 - Rp 15.700 per dolar AS.
Pengamat pasar uang, Ariston Tjendra menilai, optimisme Bank Indonesia terhadap pertumbuhan ekonomi, serta rendahnya inflasi dan terkendalinya nilai tukar rupiah bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah.
“Hari ini, potensi penguatan ke arah Rp 15.600 - Rp 15.580 per dolar AS. Sementara potensi resisten di kisaran Rp 1.5650 per dolar AS,” ujar Ariston.
The Fed Optimis Inflasi Akan Turun
Sementara dari luar negeri, notulen rapat the Fed yang dirilis dini hari menyatakan, optimisme The Fed bahwa inflasi AS akan turun pada tahun ini. Selain itu, pasar juga sudah mengantisipasi sikap The Fed yang tidak terburu-buru untuk memangkas suku bunga acuan yang terlihat dalam notulen tersebut.
“Menurut survei CME FedWatch Tool sementara, suku bunga acuan AS kemungkinan besar akan dipangkas di semester kedua tahun ini,” ujarnya.
Menilik pergerakan mata uang Asia, terdapat beberapa negara yang menunjukkan penguatan terhadap dolar. Seperti yuan Jepang menguat 0,01% dan baht Thailand menguat 0,14%.
Namun beberapa lainnya bergerak melemah. Melansir Bloomberg, ringgit Malaysia melemah 0,04%, yen Cina melemah 0,03%, peso Filipina melemah 0,01%, dan dolar Singapura melemah 0,15%.