Indef: Program Makan Bergizi Gratis Bisa Sumbang PDB Rp 14,61 Triliun pada 2025
Institute for Development of Economics and Finance atau Indef menghitung program makan bergizi gratis bisa berkontribusi Rp 14,61 triliun terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada 2025.
Hitungan tersebut berdasarkan alokasi anggaran makan bergizi gratis sebesar Rp 71 triliun dan menyasar 19,47 juta orang pada 2025. “Ternyata dalam program makan bergizi gratis ini punya efek ganda,” kata Direktur Eksekutif Indef Esther Sri Astuti dalam diskusi publik Indef, Kamis (17/10).
Dengan estimasi peningkatan belanja pendidikan sebesar Rp 1 triliun, maka bisa mendorong peningkatan PDB sebesar Rp 63,52 triliun. Sementara dengan anggaran makan bergizi gratis Rp 71 triliun, maka program bisa berkontribusi Rp 14,61 triliun terhadap PDB. “Atau kalau kita hitung dalam persentase sekitar 0,06% dari PDB,” ujar Esther.
Selain itu, dampak ekonomi juga akan terus bertambah jika setiap tahun mendapat tambahan anggaran. Misalnya pada 2026 menyasar 30,46 juta orang dengan estimasi biaya Rp 109,7 triliun, maka dapat berkontribusi Rp 6.967 triliun terhadap PDB.
Kontribusinya juga bisa bertambah jika program ini menyasar 82,9 juta orang dan estimasi biaya sekitar Rp 298 triliun pada 2029. Dengan begitu, program ini bisa berkontribusi terhadap PDB sebesar Rp 18.958 triliun.
Targetkan Kontribusi Makan Bergizi Gratis Terhadap Ekonomi
Pemerintah bahkan menargetkan kontribusi pertumbuhan ekonomi melalui program yang diinisiasi oleh presiden terpilih Prabowo Subianto ini. Hal ini terungkap dalam Buku II Nota Keuangan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025.
Dalam dokumen itu terungkap bahwa pemerintah menargetkan kontribusi makan bergizi gratis sebesar 0,10% terhadap pertumbuhan ekonomi pada 2025. "Diharapkan tenaga kerja yang terserap untuk pelaksanaan program ini sekitar 820 ribu pekerja," dikutip dari Buku Nota Keuangan RAPBN 2025.
Adapun kelompok penerimaan program makan bergizi gratis dan susu gratis adalah siswa sekolah dan pesantren, anak balita, serta ibu hamil atau menyusui dengan risiko anak stunting. Program ini dilakukan secara bertahap kepada siswa-siswi prasekolah, sekolah dasar (SD/MI) dan sekolah menengah pertama (SMP/MTs).
Kemudian menyasar para pelajar untuk sekolah menengah atas (SMA/SMK/MA), dan pesantren/pendidikan keagamaan. Bantuan gizi juga diberikan kepada ibu hamil atau menyusui dan balita untuk meningkatkan kesehatan serta membantu ekonomi keluarga rentan.