Rupiah Menguat Rp 15.937 per Dolar AS di Tengah Geopolitik Global yang Memanas
Nilai tukar rupiah ditutup menguat meski masih bertengger sekitar Rp 15.900 per dolar AS. Berdasarkan data Bloomberg sore ini, rupiah ditutup menguat delapan poin pada level Rp 15.937 per dolar AS.
Melihat pergerakan saat ini, sejumlah analis memperkirakan rupiah masih akan menghadapi banyak dan tantangan. Khususnya dalam menghadapi kebijakan agresif Presiden AS Donald Trump pada 2025 dan kondisi geopolitik.
“Soal kekhawatiran efek Trump pasti berpengaruh. Kemudian ada masalah geopolitik di Timur Tengah yaitu konflik Isarel dan Lebanon,” kata Ibrahim Assuaibi kepada Katadata.co.id, Rabu (4/12).
Selain itu, masih ada eskalasi pemberontakan di Suriah, serta konflik Rusia dan Ukraina yang kemungkinan akan menggunakan senjata nuklir. Belum lagi, Korea Selatan tengah terjadi konflik internal dan membuat negara itu dalam kondisi bahaya.
“Ini yang membuat carut marut ekonomi global bermasalah sehingga membuat dolar AS menguat. Saat dolar AS menguat, itu akan berdampak terhadap mata uang rupiah apalagi dibarengi dengan efek Trump,” ujar Ibrahim.
Bahkan, Trump mengancam mengenakan sanksi bagi negara-negara anggota BRICS yang tidak menggunakan dolar AS. Karena kebijakan Trump berpotensi menyebabkan dampak luar biasa, termasuk untuk Indonesia.
“Sehingga penguatan dolar AS ini akan berdampak terhadap melemahnya mata uang rupiah. Bisa saja rupiah itu di atas Rp 16.000 per dolar AS,” kata Ibrahim.
Rupiah Belum Akan Sentuh Rp 16.000 per Dolar AS
Sementara Senior Economist KB Valbury Sekuritas, Fikri C Permana memproyeksikan rupiah sampai akhir tahun ini belum mencapai Rp 16.000 per dolar AS. Rupiah diperkirakan akan bergerak hingga level Rp 15.965 per dolar AS.
Meski begitu, masih banyak faktor yang perlu diwaspadai dan akan menyebabkan pelemahan rupiah. Selain kebijakan Trump, Fikri menuturkan pemangkasan suku bunga Bank Sentral AS dan Bank Indonesia juga masih menjadi faktor yang akan mempengaruhi pergerakan rupiah.
“Kemungkinan penurunan lanjutan Fed Funds Rate dan BI-Rate, masing-masingnya 25 basis poin pada 18 Desember 2024,” ujar Fikri.
Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede memperkirakan pergerakan rupiah secara rata-rata akan berada pada level Rp 15.865 per dolar AS sampai akhir tahun. Sementara pada 2025,penguatan rupiah ke level Rp 15.200 per dolar AS hingga Rp 15.700 per dolar AS.
“Hal ini didukung oleh aliran investasi langsung dan portofolio yang masuk. Selain itu, imbal hasil obligasi diproyeksikan menurun karena kebijakan suku bunga yang lebih rendah dari Bank Indonesia dan The Fed,” kata Josua.