PLN Optimis Menang Lelang Pembangkit Listrik Blok Rokan dari Chevron

Image title
28 Mei 2021, 07:40
blok rokan, pln, pembangkit listrik, chevron, alih kelola blok rokan
Katadata
Ilustrasi.

PLN hingga kini masih menunggu hasil lelang akuisisi pembangkit milik PT Mandau Cipta Tenaga Nusantara (MCTN) di Blok Rokan. Meski demikian perusahaan setrum pelat merah ini optimistis dapat memenangi lelang tersebut.

Proses alih kelola Blok Rokan dari operator Chevron Pacific Indonesia ke Pertamina tinggal tiga bulan lagi. Faktor kepastian pasokan listrik di blok migas terbesar di Indonesia ini menjadi salah satu kendala alih kelola.

Wakil Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan pihaknya telah melakukan penandatanganan surat perjanjian jual-beli tenaga listrik dan uap (SPJBTLU) dengan anak usaha Pertamina, yaitu Pertamina Hulu Rokan (PHR).

"Ini kan masih ada waktu 3 bulan dan tentu saja kesepakatan titik temu ini bisa tercapai dalam waktu 1 bulan. Sedangkan dalam waktu 3 tahun itu peralatan yang sudah ada akan kami operasikan seperti operasi yang saat ini sedang berjalan," ujarnya dalam RDP bersama Komisi VII, Kamis (27/5).

Adapun dalam perjanjian tersebut dengan PHR tersebut, layanan PLN akan dibagi dalam dua fase, yakni jangka panjang dan jangka pendek.

Pertama, masa transisi selama 3 tahun, dimulai dari 9 Agustus 2021 sampai dengan 8 Agustus 2024. Pada masa transisi ini, PLN akan mengelola pembangkit listrik yang saat ini telah melistriki wilayah kerja Rokan. Lalu, layanan permanen akan diberikan mulai 8 Agustus 2024.

Oleh sebab itu, PLN dan Pertamina saat ini tengah mengupayakan supaya PLN dapat mengelola pembangkit listrik di Blok Rokan dalam jangka pendek. Meski demikian Darmawan tak merinci secara detail mengenai proses lelang pembangkit yang masih berlangsung.

"Kami tidak bisa buka di sini. Insya Allah ini akan dicapai titik temu. Kita membuka seperti apa aspirasinya dari PLN juga titik temunya juga," ujarnya.

Kepastian PLN untuk mengakuisisi pembangkit listrik di Blok Rokan sempat terombang-ambing. Pasalnya, PLN hanya bersedia menawar pembangkit listrik tersebut di kisaran US$ 30-35 juta (Rp 436,14 miliar - 508,83 miliar).

Harga tersebut berdasarkan hitung-hitungan skala bisnis pembangkit listrik Blok Rokan oleh PLN. Namun tawaran PLN jauh di bawah permintaan Chevron Standard Limited (CSL) senilai US$ 300 juta (Rp 4,36 triliun). CSL menguasai 95% saham PT Mandau Cipta Tenaga Nusantara (MCTN) yang merupakan pemilik pembangkit listrik tersebut.

Direktur Niaga dan Manajemen Pelanggan PLN Bob Syahril mengatakan, proses lelang pembangkit yang dilakukan CSL sampai saat ini masih berlangsung. "Kisaran US$ 30 hingga US$ 35 juta, sampai kapan lelang? Menunggu dari JPMorgan sebagai konsultan yang ditunjuk CSL," ujar Bob kepada Katadata.co.id.

Bob pun berharap pemerintah dapat mendukung PLN dalam proses akuisisi pembangkit ini. Sama halnya dukungan yang diberikan kepada Pertamina untuk proses pengambilalihan Blok Rokan dari Chevron Pacific Indonesia. "Toh CSL masih dalam afiliasi Chevron Pacific Indonesia," kata dia.

Reporter: Verda Nano Setiawan

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...