Generasi Muda Desak RI Manfaatkan Presidensi G20 Pimpin Aksi Iklim
Para generasi muda mendesak agar Indonesia menjadi pemimpin dunia dalam urusan mengatasi perubahan iklim secara konkrit melalui gelaran Konferensi Tingkat Tinggi atau KTT G20 yang akan berlangsung pada tahun depan.
Project Officer Keadaan Iklim Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Nasional Abdul Ghofar menilai COP26 di Glasgow, Skotlandia, beberapa waktu lalu belum cukup serius membahas penanganan krisis iklim global.
Menurut dia pemimpin dunia pada gelaran tersebut hanya menyampaikan pencitraan semata, seperti prestasi apa yang sudah dilakukan dan bantuan apa yang sudah diberikan. Termasuk apa yang disampaikan Presiden Joko Widodo dalam pidatonya.
"Dia menyinggung deforestasi berkurang, restorasi mangrove sudah dimulai. Sayangnya tidak disinggung krisis iklim di Indonesia," kata dia dalam sebuah diskusi yang digelar secara virtual, Kamis (16/12).
Padahal dia berharap, Indonesia menjadi pemimpin dengan menyampaikan kondisi dan situasi yang terjadi sesungguhnya. Mewakili kepentingan negara-negara kepulauan dan negara pulau kecil yang terdampak secara nyata atas adanya perubahan iklim.
"Tetapi harapan di awal, penyelenggaraan di COP26 tidak muncul. Jadi urgensi kenapa negara negara maju sebagai penyumbang emisi utama harus segera memberikan bantuan atas dampak yang mereka timbulkan tidak muncul," katanya.
Oleh sebab itu, ditunjuknya Indonesia sebagai presidensi KTT G20 sebenarnya menjadi kesempatan besar untuk menyuarakan krisis iklim yang sebelumnya tidak dibahas pada gelaran COP26.
"G20 ini top emitters, 75% emisi dihasilkan dari negara negara G20, 19 negara dengan ekonomi terbesar plus 1 Uni Eropa dengan 27 anggota," katanya.
Sehingga ketika Indonesia ingin menunjukkan komitmen serius dalam menangani krisis iklim, maka moment G20 harus diambil dengan cara mengajak dan mendorong negara G20 turut terlibat secara nyata dalam mengatasi isu ini. Mengingat, semua pembahasan COP bermula pada pembahasan G20 beberapa tahun terakhir.