Rusia Pertimbangkan Terima Bitcoin untuk Pembayaran Ekspor Migas
Dihadapkan dengan sanksi berat dari negara-negara barat atas invasi ke Ukraina, Rusia mempertimbangkan untuk menerima mata uang kripto (cryptocurrency) bitcoin sebagai opsi pembayaran untuk penyelesaian transaksi ekspor minyak dan gas (migas)-nya.
Ketua komite bidang energi majelis rendah parlemen Rusia, yang dikenal dengan nama Duma, Pavel Zavalny mengatakan bahwa dengan negara-negara sahabat seperti Cina dan Turki, Rusia bersedia untuk lebih fleksibel dalam hal opsi pembayaran, yakni menggunakan mata uang nasional.
“Kami telah lama mengusulkan ke Cina untuk beralih ke penyelesaian transaksi dalam mata uang nasional, rubel dan yuan. Dengan Turki, itu akan menjadi lira dan rubel. Anda juga bisa memperdagangkan bitcoin,” katanya seperti dikutip dari CNBC.com pada Jumat (25/3).
Nilai Bitcoin naik hampir 4% selama 24 jam terakhir menjadi sekitar US$ 44.000. Harga cryptocurrency melonjak saat pernyataan Zavalny pertama kali melintas di laporan berita.
Pada kesempatan tersebut, Zavalny menegaskan janji Presiden Vladimir Putin untuk meminta negara-negara oposisi atau penentang untuk membayar gas dalam mata uang rubel Rusia. Pengumuman itu membuat harga gas Eropa melonjak.
Langkah tersebut dinilai memunculkan kekhawatiran yang mungkin memperburuk pasar energi yang sudah di bawah tekanan. “Jika mereka ingin membeli, biarkan mereka membayar dalam hard currency, dan ini adalah emas untuk kami, atau membayar sesuka kami, ini adalah mata uang nasional,” kata Zavalny.
AS telah melarang impor minyak Rusia sebagai bagian dari tanggapannya terhadap perang Moskow di Ukraina. Namun langkah tersebut kemungkinan tidak dapat diikuti sekutunya, Uni Eropa, mengingat ketergantungannya yang besar pada energi Rusia.
“Rusia jelas ingin melakukan diversifikasi ke mata uang lain,” kata Nic Carter, salah satu pendiri Coin Metrics. Dia mengatakan bahwa Rusia telah mempersiapkan transisi semacam itu sejak 2014, ketika mulai melepaskan semua aset-aset keuangan AS. "Tetapi Rusia tidak sepenuhnya siap ketika seluruh aset valuta asing dibekukan."
Rusia sekarang tampaknya serius untuk menjauh dari dolar. “Mereka memiliki sesuatu yang dibutuhkan dunia,” kata Carter. “Rusia adalah pengekspor gas alam nomor satu secara global.” Rusia berpotensi mengubah cadangan energi menjadi aset keras yang dapat digunakan di luar sistem dolar. Simak databoks berikut:
Di bidang keuangan, aset keras bisa berupa real estat, komoditas, atau energi. Emas, perak dan jenis bahan mentah lainnya, seperti minyak, tembaga, dan aluminium, juga dianggap sebagai aset keras. Aset tersebut dibedakan dari aset lunak seperti saham dan obligasi.
Putin telah mengubah penilaiannya tentang bitcoin. Pada tahun 2021, pemimpin Rusia itu mengatakan bahwa meskipun dia percaya bitcoin memiliki nilai, dia tidak yakin itu bisa menggantikan dolar AS dalam menyelesaikan perdagangan minyak.
Sekarang, petinggi Kremlin tersebut menimbangnya sebagai bentuk pembayaran untuk ekspor utama. Namun, tidak jelas apakah kurangnya likuiditas bitcoin dapat mendukung transaksi perdagangan internasional sebesar itu.