Klaim Persediaan Mencukupi, Pertamina Batal Beli Minyak Mentah Rusia
Pertamina menyatakan batal membeli minyak mentah Rusia untuk kebutuhan komsumsi dalam negeri. Hal tersebut dikatakan oleh Pejabat Sementara (Pjs) Vice President Corporate Communication Pertamina, Heppy Wulansari.
Ia mengatakan, saat ini stok minyak di sejumlah kilang masih cukup untuk mengakomodir permintaan bahan bakar minyak (BBM) di tanah air. Namun, Heppy tak merinci berapa besar stok yang tersedia di tiap-tiap kilang.
“Tidak ada pembelian (minyak mentah) dari Rusia karena stok kilang mencukupi,” kata Heppy melalui pesan singkat kepada Katadata.co.id, Senin (9/5).
Sebelumnya Pertamina membuka wacana membeli minyak mentah dari Rusia untuk memenuhi kebutuhan BBM dalam negeri karena Rusia menjual murah minyaknya lantaran terkena saknsi dari negara-negara barat. Direktur Utama Nicke Widyawati bahkan telah berkomunikai dengan Kementerian Luar Negeri dan Bank Indonesia.
“Pertamina melihat adanya potensi Rusia yang akan menjual minyak mentah dengan harga murah akibat sanksi perdagangan dari negara barat, ada peluang untuk membeli dari Rusia dengan harga yang lebih baik,” kata Nicke saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR pada Senin (28/3).
Jika jadi, nantinya, minyak mentah dari Rusia akan diolah di Kilang Balongan. Adapun pembelian minyak mentah tersebut baru akan dilakukan usai perbaikan (revamping) Kilang Balongan yang diprediksi rampung pada Mei.
Nicke menyebut, pembelian minyak mentah dari Rusia akan dilakukan secara business to business (B to B) daripada Goverment to Goverment (G to G). Hal ini diharapkan agar tidak menimbulkan persoalan politis. “Tak ada masalah sepanjang perusahaan (minyak mentah) yang deal sama kita gak kena sanksi,” sambung Nicke.
Pengamat Ekonomi Energi dan Pertambangan Univestias Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Fahmy Radhi, mengatakan Pertamina sebaiknya memperhitungkan sejumlah kemungkinan sebelum membeli minyak mentah dari Rusia.
Menurut dia, Pertamina harus jeli melihat kondisi perang yang kemungkinan bisa berdampak pada kepastian ketersediaan minyak asal Rusia.
“Harga minyak lebih murah iya, karena konsumennya yang ada di Eropa barat sedang menerapkan sanksi kepada Rusia. Tapi kemudian diperhitungkan juga resiko apakah dalam kondisi perang itu, Rusia masih bisa mengirim minyak mentahnya?” kata Fahmy kepada Katadata.co.id, Rabu (30/3).
Dia menambahkan, Pertamina selayaknya juga memperhitungkan faktor jarak yang berkorelasi pada biaya angkut atau kargo dari minyak tersebut. “Pertimbangankan cost and benefit dari pembelian minyak Rusia karena ini dalam kondisi perang. Berbeda jika tidak dalam kondisi perang,” ujarnya.
Perihal kemungkinan adanya dampak terhadap kondisi politik di Indonesia, Fahmy senada dengan Nicke. Ia menyebut, jika nantinya Indonesia sepakat untuk membeli minyak mentah asal Rusia, secara geopolitik hal tersebut tidak akan berpengaruh kepada Indonesia.
Menurutnya, Indonesia sebagai negara non blok, pembelian minyak Rusia tidak akan berpengaruh secara politis terhadap Indonesia.
“Bahkan kalau memang menguntungkan beli minyak dari Rusia, ya beli saja. Tapi kalau masalah geopolitik atau keberpihakan tidak jadi soal. Karena Indonesia sikapnya tidak memihak sama sekali walau sempat mengecam adanya konflik,” ujar Fahmy.