Pertamina Tertarik Beli Minyak Rusia, Apa Risikonya Bagi Indonesia?

Muhamad Fajar Riyandanu
30 Maret 2022, 13:13
pertamina, minyak, rusia, harga minyak
ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/tom.
Dirut Pertamina Nicke Widyawati bersiap mengikuti rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (29/3/2022).

Pertamina membuka wacana membeli minyak mentah dari Rusia untuk memenuhi kebutuhan BBM dalam negeri. Oleh karena itu Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati, menyampaikan pihaknya sedang menjalin komunikasi dengan Kementerian Luar Negeri dan Bank Indonesia.

Nantinya, minyak mentah dari Rusia akan diolah di Kilang Balongan. Adapun pembelian minyak mentah tersebut baru akan dilakukan usai perbaikan (revamping) Kilang Balongan yang diprediksi rampung pada Mei.

“Pertamina melihat adanya potensi Rusia yang akan menjual minyak mentah dengan harga murah akibat sanksi perdagangan dari negara barat, ada peluang untuk membeli dari Rusia dengan harga yang lebih baik,” kata Nicke saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR pada Senin (28/3).

Nicke menyebut, pembelian minyak mentah dari Rusia akan dilakukan secara business to business (B to B) daripada Goverment to Goverment (G to G). Hal ini diharapkan agar tidak menimbulkan persoalan politis. “Tak ada masalah sepanjang perusahaan (minyak mentah) yang deal sama kita gak kena sanksi,” sambung Nicke.

Adakah Risiko Bagi Indonesia?

Pengamat Ekonomi Energi dan Pertambangan Univestias Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Fahmy Radhi, mengatakan Pertamina sebaiknya memperhitungkan sejumlah kemungkinan sebelum membeli minyak mentah dari Rusia.

Menurut dia, Pertamina harus jeli melihat kondisi perang yang kemungkinan bisa berdampak pada kepastian ketersediaan minyak asal Rusia.

“Harga minyak lebih murah iya, karena konsumennya yang ada di Eropa barat sedang menerapkan sanksi kepada Rusia. Tapi kemudian diperhitungkan juga resiko apakah dalam kondisi perang itu, Rusia masih bisa mengirim minyak mentahnya?” kata Fahmy kepada Katadata.co.id, Rabu (30/3).

Mantan anggota Tim Antimafia Migas itu menambahkan, Pertamina selayaknya juga memperhitungkan faktor jarak yang berkorelasi pada biaya angkut atau kargo dari minyak tersebut. “Pertimbangankan cost and benefit dari pembelian minyak Rusia karena ini dalam kondisi perang. Berbeda jika tidak dalam kondisi perang,” ujarnya.

Perihal kemungkinan adanya dampak terhadap kondisi politik di Indonesia, Fahmy senada dengan Nicke. Ia menyebut, jika nantinya Indonesia sepakat untuk membeli minyak mentah asal Rusia, secara geopolitik hal tersebut tidak akan berpengaruh kepada Indonesia.

Halaman:
Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...