Pertamina Tertarik Beli Minyak Rusia, Apa Risikonya Bagi Indonesia?
Pertamina membuka wacana membeli minyak mentah dari Rusia untuk memenuhi kebutuhan BBM dalam negeri. Oleh karena itu Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati, menyampaikan pihaknya sedang menjalin komunikasi dengan Kementerian Luar Negeri dan Bank Indonesia.
Nantinya, minyak mentah dari Rusia akan diolah di Kilang Balongan. Adapun pembelian minyak mentah tersebut baru akan dilakukan usai perbaikan (revamping) Kilang Balongan yang diprediksi rampung pada Mei.
“Pertamina melihat adanya potensi Rusia yang akan menjual minyak mentah dengan harga murah akibat sanksi perdagangan dari negara barat, ada peluang untuk membeli dari Rusia dengan harga yang lebih baik,” kata Nicke saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR pada Senin (28/3).
Nicke menyebut, pembelian minyak mentah dari Rusia akan dilakukan secara business to business (B to B) daripada Goverment to Goverment (G to G). Hal ini diharapkan agar tidak menimbulkan persoalan politis. “Tak ada masalah sepanjang perusahaan (minyak mentah) yang deal sama kita gak kena sanksi,” sambung Nicke.
Adakah Risiko Bagi Indonesia?
Pengamat Ekonomi Energi dan Pertambangan Univestias Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Fahmy Radhi, mengatakan Pertamina sebaiknya memperhitungkan sejumlah kemungkinan sebelum membeli minyak mentah dari Rusia.
Menurut dia, Pertamina harus jeli melihat kondisi perang yang kemungkinan bisa berdampak pada kepastian ketersediaan minyak asal Rusia.
“Harga minyak lebih murah iya, karena konsumennya yang ada di Eropa barat sedang menerapkan sanksi kepada Rusia. Tapi kemudian diperhitungkan juga resiko apakah dalam kondisi perang itu, Rusia masih bisa mengirim minyak mentahnya?” kata Fahmy kepada Katadata.co.id, Rabu (30/3).
Mantan anggota Tim Antimafia Migas itu menambahkan, Pertamina selayaknya juga memperhitungkan faktor jarak yang berkorelasi pada biaya angkut atau kargo dari minyak tersebut. “Pertimbangankan cost and benefit dari pembelian minyak Rusia karena ini dalam kondisi perang. Berbeda jika tidak dalam kondisi perang,” ujarnya.
Perihal kemungkinan adanya dampak terhadap kondisi politik di Indonesia, Fahmy senada dengan Nicke. Ia menyebut, jika nantinya Indonesia sepakat untuk membeli minyak mentah asal Rusia, secara geopolitik hal tersebut tidak akan berpengaruh kepada Indonesia.
Menurutnya, Indonesia sebagai negara non blok, pembelian minyak Rusia tidak akan berpengaruh secara politis terhadap Indonesia.
“Bahkan kalau memang menguntungkan beli minyak dari Rusia, ya beli saja. Tapi kalau masalah geopolitik atau keberpihakan tidak jadi soal. Karena Indonesia sikapnya tidak memihak sama sekali walau sempat mengecam adanya konflik,” ujar Fahmy.
Mengutip laporan harian Bloomberg pada Rabu (30/3) siang, harga minyak mentah jenis Brent berada di harga US$ 111,03 per barel. Sementara minyak mentah jenis WTI berada di level US$ 104,97 per barel.
Rusia Jual Murah Minyak ke India dan Cina
Rusia dilaporkan menjual murah minyaknya kepada India dan Cina dengan harga yang didiskon hingga 20% atau lebih dari US$ 20 per barel. Bahkan ada kemungkinan Cina meminta diskon yang lebih besar, hingga 30% atau lebih dari US$ 30 per barel.
“Ada peningkatan signifikan dalam pengiriman minyak Rusia menuju India sejak Maret setelah invasi Rusia ke Ukraina dimulai. India tampaknya akan membeli lebih banyak minyak mentah dari Rusia yang didiskon besar-besaran,” kata analis Kpler, Matt Smith, seperti dikutip CNBC.com, Senin (28/3).
Amerika Serikat (AS), Kanada, dan Australia telah menghentikan impor minyak dari Rusia, yang akan diikuti Inggris pada akhir tahun ini. Uni Eropa juga tengah mempertimbangkan apakah mengikuti langkah negara-negara sekutunya itu.
Sebaliknya, India dan Cina sejauh ini abstain dari pemungutan suara PBB untuk mengutuk invasi Rusia ke Ukraina. “Kami percaya Cina dan India akan melangkah untuk membeli minyak mentah Rusia yang didiskon besar-besaran,” kata Smith.
Sementara itu Cina sudah menjadi pembeli tunggal terbesar minyak Rusia. Menurut laporan Badan Energi Internasional IEA, Cina membeli rata-rata 1,6 juta barel per hari minyak mentah Rusia pada 2021.
“Cina masih mengimpor minyak Rusia, tetapi kemungkinan akan meningkatkan pembeliannya jika dapat membayar dalam yuan dan dengan diskon. Pada dasarnya, Rusia tertekan karena kesulitan menjual minyaknya,” kata president of Transversal Consulting Ellen Wald.