Lifting Minyak Semester I Baru 87%, SKK Migas Pesimistis Capai Target
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatatkan realisasi lifting migas atau produksi migas siap jual semester I 2022 masih jauh di bawah target. Lifting minyak misalnya baru tercapai 614,5 ribu barel per hari (bph) atau 87% dari target 703 ribu bph.
Sementara, lifting gas mencapai 5.326 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) atau 92% dari target 5.800 MMSCFD. Adapun SKK Migas menetapkan proyeksi produksi lifting minyak tahun ini di angka 640.000 sampai 660.000 barel per hari (bph).
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto, mengatakan tak tercapainya produksi minyak siap jual dari target tahun ini disebabkan oleh adanya unplanned shutdown di sejumlah Wilayak Kerja (WK) besar seperti proyek Jambaran Tiung Biru dan Tangguh Train 3.
"Ada beberapa hal yang mempengaruhi capaian target lifting ini mundurnya proyek-proyek besar," kata Dwi saat ditemui wartawan di Kantor SKK Migas pada Jumat (15/7).
Selain itu, faktor tekanan Pandemi Covid-19 juga menghambat produksi minyak di beberapa proyek. Adapun pada bulan Juni capaian produksi minyak per bulan Juni mencapai 618 barel per hari. "Ini tugas berat, bagaimana kita terget sebesar mungkin," sambung Dwi.
Dwi menjelaskan, adapun target lifting minyak pada tahun depan mencapai 660.000-680.000 bph. Keputusan tersebut sudah disepakati pada rancangan anggaran pendapatan dan belanja negara (RAPBN) 2023.
Adapun capaian pengeboran sumur eksplorasi sampai semester I 2022 mencapai 16 sumur atau lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2021 sebanyak 13 sumur. Hal serupa juga berlaku pada kegiatan pengeboran sumur pengembangan yang mencapai 348 sumur atau lebih tinggi 87% dari 186 sumur tahun lalu.
Sebelumnya, SKK Migas mengakui beratnya target produksi minyak 1 juta bph pada 2030 karena kinerja pengeboran yang belum maksimal saat ini. Bahkan per Maret 2022 produksi minyak nasional baru di angka 632.000 bph, jauh di bawah target tahun ini sebesar 703.000 bph.
Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto mengatakan ada beberapa penyebab kinerja produksi minyak hingga saat ini masih di bawah target, seperti dua unplanned shutdown pada awal 2022 di WK Rokan yang disebabkan oleh terbakarnya penangkal petir dan di WK Cepu karena terbakarnya sambungan listrik.
“Kalau bicara 1 juta barel per hari menjadi sangat berat sekali. Apalagi bila dilihat bahwa target kita 703.000 barel per hari. Semua yang kita kerjakan termasuk hari ini adalah ke arah menyembuhkan produksi dari minyak dan gas,” kata Dwi saat membuka acara Drilling Summit 2022, Rabu (23/3).
Dia menyebut bahwa salah satu penyebab belum tercapainya target produksi adalah aktivitas pengeboran yang lambat. Pengeboran sumur pengembangan, misalnya, dari target 790 sumur baru tercapai 138 atau 17%, kemudian workover baru tercapai 132 dari target 581 atau 23%, well services 6.079 dari target 29.582 (21%).