Gazprom Umumkan Kondisi Kahar, Krisis Energi Eropa Berpotensi Memburuk

Happy Fajrian
19 Juli 2022, 11:28
krisis energi, eropa, uni eropa, rusia, gas, gazprom
Pixabay
Bendera Uni Eropa.

Negara-negara Uni Eropa berpotensi menghadapi krisis energi yang semakin parah setelah Gazprom, perusahaan gas milik negara Rusia, mengumumkan kondisi kahar pada pengiriman gas ke kawasan tersebut.

Pengumuman kondisi kahar atau force majeure ini dimaksudkan agar Gazprom terbebas dari kewajiban membayar kompensasi atas volume pengiriman gas yang tak sesuai kontrak.

Mengutip laporan Reuters, Selasa (19/7), Gazprom mengatakan kepada konsumennya di Eropa melalui surat tertanggal 14 Juli 2022, bahwa mereka tidak bisa menjamin pengiriman pasokan gas karena keadaan “luar biasa”. Gazprom juga menyatakan bahwa kondisi kahar ini berlaku secara surut mulai 14 Juni.

Pengumuman ini juga bertepatan dengan pemeliharaan tahunan pipa gas Nord Stream 1 selama 10 hari mulai Senin 11 Juli hingga Kamis 21 Juli 2022. Surat Gazprom ini semakin menambah kekhawatiran Eropa bahwa Rusia kemungkinan tidak akan menyalakan kembali aliran gas sebagai balasan sanksi-sanksi atas perang di Ukraina.

Jika itu terjadi, maka krisis energi Eropa akan semakin memburuk dan ekonomi kawasan tersebut akan masuk ke dalam resesi. Saat ini sejumlah negara Eropa sudah berjibaku mencari pengganti pasokan gas Rusia yang berkurang selama beberapa bulan terakhir, untuk menghemat gas.

Kondisi kahar, dikenal sebagai klausul “kuasa Tuhan”, merupakan praktik standar dalam kontrak bisnis yang mendefinisikan keadaan ekstrem yang membebaskan pihak-pihak yang terikat kontrak dari kewajiban hukum mereka.

Deklarasi kondisi kahar tidak berarti bahwa Gazprom akan menghentikan pengiriman, melainkan tidak bertanggung jawab dan tidak harus membayar kompensasi jika gagal memenuhi ketentuan yang diatur dalam kontrak, seperti volume pengiriman gas yang telah disepakati.

Seorang sumber anonim mengatakan bahwa pengumuman kondisi kahar ini terkait pengiriman melalui pipa Nord Stream 1. “Ini terdengar seperti petunjuk pertama bahwa pasokan gas melalui NS1 mungkin tidak akan dilanjutkan setelah pemeliharaan 10 hari berakhir,” kata ekonom energi ABN Amro, Hans van Cleef.

“Tergantung pada ‘keadaan luar biasa’ apa yang ada dalam pikiran Gazprom untuk menyatakan force majeure, dan apakah ini bersifat teknis atau politis. Ini bisa berarti langkah selanjutnya dalam eskalasi perselisihan antara Rusia dan Eropa/Jerman,” tambah van Cleef.

Uniper, importir gas Rusia terbesar di Jerman, termasuk di antara pelanggan yang mengatakan telah menerima surat, dan secara resmi menolak klaim sebagai tidak dapat dibenarkan.

RWE, produsen listrik terbesar Jerman dan importir gas Rusia lainnya, juga mengatakan telah menerima pemberitahuan force majeure. “Harap dipahami bahwa kami tidak dapat mengomentari detailnya atau pendapat hukum kami,” kata perusahaan itu.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...