Putin Ancam Pangkas Lagi Aliran Gas ke Eropa Via Pipa Nord Stream 1
Ekspor gas Rusia ke Eropa dijadwalkan kembali mengalir via rute Nord Stream 1 pada Kamis (21/7) setelah periode pemeliharaan tahunan selama 10 hari berakhir. Namun berdasarkan sumber yang mengetahui masalah ini, volume yang dialirkan tidak akan pada kapasitas penuh, 160 juta meter kubik (mcm) per hari.
Di samping itu Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut aliran gas via rute ini kemungkinan akan dipangkas lebih besar lagi karena adanya masalah pada unit pompa lainnya. Unit tersebut harus dikirim untuk perbaikan pada 26 Juli mendatang.
Sementara itu ada satu unit turbin pemompa gas yang sudah selesai diperbaiki oleh Siemens Energy di Kanada, namun hingga kini belum dikirim kembali ke Rusia. Ini menjadi dalih yang dipakai Putin atas penurunan aliran gas ke Eropa hingga hanya tersisa 40% kapasitas sejak satu bulan terakhir.
“Ada lima unit pompa gas di Nord Stream 1. Satu unit rusak karena lapisan dalamnya runtuh. Ada dua mesin yang berfungsi di sana yang memompa gas 60 juta meter kubik per hari. Jika satu tidak dikembalikan, hanya tersisa satu mesin yang memompa 30 juta meter kubik. Apakah Gazprom ada hubungannya dengan itu?” kata Putin usai kunjungannya ke Tehran, Iran, Rabu (20/7).
Rute Nord Stream 1 memiliki kapasitas untuk memompa lebih dari 55 miliar meter kubik (bcm) per tahun ke Uni Eropa. Tahun lalu blok ekonomi terbesar dunia itu mengimpor sekitar 140 bcm gas dari Rusia melalui pipa.
Surat kabar Kommersant melaporkan pada Senin (18/7), bahwa Kanada telah mengirim turbin yang dibutuhkan untuk Nord Stream 1 ke Jerman dengan pesawat pada 17 Juli setelah pekerjaan perbaikan selesai.
Putin juga mengatakan bahwa Gazprom tidak dapat disalahkan atas pengurangan kapasitas transit gas, termasuk penutupan salah satu rute melalui Ukraina ke Eropa oleh Kyiv. Dia menambahkan bahwa Gazprom siap memenuhi kewajibannya pada ekspor gas.
Namun hal tersebut dibantah oleh Kementerian Energi Jerman yang mengatakan bahwa turbin tersebut dijadwalkan untuk dipakai pada operasional pada September mendatang. Sehingga penundaannya tidak dapat menjadi alasan Rusia mengurangi volume pengirimannya.
Rusia, yang merupakan eksportir gas alam terbesar dan pemasok minyak mentah terbesar kedua di dunia, dituding menjadikan pasokan energinya sebagai senjata dalam menghadapi sanksi dari negara-negara Barat atas perang di Ukraina.
Kremlin membantah tuduhan itu dan menyatakan bahwa mereka telah menjadi pemasok energi yang dapat diandalkan. Namun dalam sebuah surat tertanggal 14 Juli, Gazprom mengatakan secara surut menyatakan kondisi kahar atau force majeure atas pasokan gas mulai 14 Juni.
Klausul ini berarti Gazprom tidak dapat menjamin pengiriman gas kepada konsumennya di Eropa karena “keadaan luar biasa”.
“Rusia terus menggunakan gas alam sebagai senjata politik dan ekonomi,” kata juru bicara Gedung Putih Karine Jean-Pierre beberapa waktu lalu. Ia menambahkan bahwa pemerintahan Joe Biden terus bekerja untuk mengurangi ketergantungan Eropa pada bahan bakar fosil Rusia.
“Pemaksaan energi Rusia telah memberikan tekanan pada pasar energi, menaikkan harga bagi konsumen dan mengancam keamanan energi global,” tambahnya.