Cina Setop Pendanaan, 66% Proyek PLTU Batu Bara Baru di Asia Batal

Happy Fajrian
Oleh Happy Fajrian - Verda Nano Setiawan
10 November 2021, 18:10
pltu, cina, emisi karbon, batu bara
ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra
Foto udara cerobong di kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Ombilin di Desa Sijantang, Talawi, Sawahlunto, Sumatera Barat.

Rencana proyek pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) baru yang direncanakan di Asia menyusut signifikan menyusul janji Cina untuk mengakhiri pembiayaan proyek-proyek terkait batu bara di luar negeri.

The Centre for Research on Energy and Clean Air (CREA) dan Global Energy Monitor (GEM) melaporkan bahwa kapasitas PLTU batu bara yang akan dibangun, kecuali di India dan Cina, akan menyusut 66% dari 65 gigawatt (GW) menjadi 22 GW dari sekitar 28 proyek.

Selain itu hanya kurang dari 30% proyek yang telah mendapatkan pendanaan (financial close). "Janji Cina untuk menghentikan pembiayaan PLTU di luar negeri akan memicu gelombang pembatalan proyek tersebut," tulis laporan tersebut seperti dikutip Reuters, Rabu (10/11).

Saat ini PLTU batu bara dalam tahap pra-konstruksi berada di delapan negara, antara lain Bangladesh, Indonesia, Laos, Pakistan, Filipina, Sri Lanka, Thailand, dan Vietnam. Menurut laporan tersebut, hampir semua proyek PLTU yang direncanakan di Bangladesh dan Sri Lanka sekarang menghadapi pembatalan.

Sedangkan di Indonesia, sesuai RUPTL 2021-2030, sekitar 65% dari PLTU batu bara yang direncanakan berpotensi batal jika Cina menarik dan membatalkan pembiayaannya. Proyek tersisa yang kemungkinan akan dilanjutkan adalah proyek pembangkit di kawasan industri.

Ditambah lagi dengan adanya komitmen negara G-20 yang juga akan mengakhiri pembiayaan publiknya untuk pembangunan PLTU batu bara. Maka kemungkinan besar dari 22 GW itu juga akan menghadapi risiko pembatalan pada tahun-tahun mendatang.

Meski demikian, laporan tersebut menyebutkan masih ada sekitar 43 GW proyek yang sedang dibangun di seluruh Asia. "Daftar pembiayaan yang mau dan mampu mendanai batu bara semakin berkurang. Pembangunan PLTU batu bara baru tidak sesuai dengan janji-janji yang dibuat negara-negara Asia pada COP26. Ini tidak masuk akal secara finansial,” ujar Analis CREA Isabella Suarez dan salah satu penulis laporan tersebut.

Pada 3 November lalu, Indonesia bergabung dalam komitmen "Global Coal to Clean Power Transition Statement". Perjanjian itu dideklarasikan untuk meningkatkan penyebaran pembangkit listrik bersih dan menghentikan pembangkit listrik batu bara paling lambat 2040-an.

Tapi Indonesia mengecualikan klausul 3, yaitu menghentikan perizinan baru, konstruksi, dan pembiayaan langsung untuk proyek pembangkit batu bara baru yang belum dihentikan. Indonesia juga mempertimbangkan untuk mempercepat pensiun PLTU batu bara ke 2040-an, tergantung bantuan keuangan dan teknis internasional.

Menurut Pusat Kebijakan Pengembangan Global Universitas Boston, jika semua pembangkit listrik tenaga batu bara luar negeri yang dibiayai Cina yang sekarang sedang dibangun atau sedang direncanakan batal, dunia dapat menghindari produksi 646 juta ton emisi karbon dioksida atau CO2 per tahun.

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...