Pertamina Gaet Pupuk Indonesia & Mitsubishi Kembangkan Bisnis Hidrogen
Pertamina menggandeng PT Pupuk Indonesia dan Mitsubishi Corporation untuk mengembangkan bisnis green hydrogen dan green ammonia value chain serta carbon capture utilization and storage (CCUS).
Kesepakatan kerja sama ini ditandatangani Direktur Strategi, Portofolio & Pengembangan Usaha Pertamina Iman Rachman, Direktur Portofolio & Pengembangan Usaha PT Pupuk Indonesia Jamsaton Nababan dan Kepala Perwakilan Mitsubishi Corporation untuk Indonesia, Takuji Konzo, pada Rabu (2/3).
Wakil Menteri BUMN I Pahala Nugraha Mansury menyampaikan MoU antara Pertamina, Pupuk Indonesia dan Mitsubishi merupakan langkah awal bagi kolaborasi ke depannya. MoU ini juga merupakan bagian dari misi Green Industry Cluster yang telah disepakati dan diresmikan oleh PT PLN, Pertamina, dan Pupuk Indonesia sebelumnya.
"Kami sangat berkomitmen untuk memastikan Indonesia bisa mengurangi emisi gas rumah kaca berdasarkan Nationally Determined Contribution (NDC) hingga 29% pada 2030, tetapi kami tidak bisa melakukannya sendirian. Untuk mewujudkannya, kuncinya adalah partnership," ujar Pahala dalam keterangan tertulis, Jumat (4/3).
Pada kegiatan Presidensi G20 yang akan berlangsung Oktober mendatang, Pahala menekankan bahwa pemerintah dan BUMN ingin menunjukkan kepada dunia tentang keberhasilan transisi energi yang tengah digarap. Salah satunya dengan melakukan pensiun dini (early retirement) PLTU batu bara.
Namun demikian, itu semua, dapat terwujud dengan adanya kolaborasi dan sinergi yang kuat antar negara dan swasta.
“Kita ingin menunjukkan bahwa upaya transisi energi dapat dilakukan bukan hanya melalui pensiun dini PLTU namun juga dengan cara mengurangi utilisasinya melalui kegiatan cofiring dengan ammonia dan biomassa serta bagaimana pemanfaatan teknologi seperti carbon capture,” katanya.
Direktur Strategi, Portofolio & Pengembangan Usaha Pertamina Iman Rachman mengatakan bahwa dengan penandatanganan nota kesepahaman ini diharapkan akan segera terwujud bentuk kerja sama strategis. Baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, yang akan mendukung pencapaian target-target nasional secara masif.
“Langkah awal untuk mewujudkan pengembangan Blue/Green Hydrogen dan Blue/Green Ammonia di Indonesia tentunya juga akan menjadi milestone penting untuk membentuk ekosistem industri hijau yang lebih luas lagi di Indonesia,” ujar Iman.
Menurut Iman, sejalan dengan program dekarbonisasi pemerintah, Pertamina melakukan kerja sama untuk mengembangkan blue/green hydrogen, blue/green ammonia, dan CCUS, dengan difasilitasi produksi milik Pupuk Indonesia dan co-combustion ammonia di pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara.
Green hydrogen yang dihasilkan dari pembangkit EBT akan dimanfaatkan untuk memproduksi green ammonia. Sedangkan blue hydrogen yang dihasilkan dari pembangkit rendah karbon dengan carbon emission treatment facility akan dimanfaatkan untuk memproduksi green ammonia, untuk co-combustion ammonia PLTU.
Lebih lanjut, Iman menyebut Pertamina akan mendukung dan mendorong kolaborasi dengan SH Power dan NRE sebagai motor transisi energi Pertamina. SH Power dan NRE bersama partner, telah mengidentifikasi potensi EBT lebih dari 10 GW yang dapat digunakan untuk Green Hydrogen di seluruh Indonesia.
Adapun komitmen penuh Pertamina dalam penerapan aspek ESG telah mendorong peningkatan rating ESG Pertamina secara global. Pertamina telah menerima ESG Risk Rating oleh Sustainalytics sebesar 28,1 dan dinilai berada pada risiko Medium dalam mengalami dampak keuangan material dari faktor-faktor ESG.
“Semoga semangat, kerja keras dan komitmen yang telah dilakukan tidak berhenti di sini, namun pencapaian ini merupakan awal dari perjalanan untuk membawa perubahan global ke arah yang lebih baik,” kata Iman.