Gaet PJB, Pertamina Manfaatkan PLTA untuk Produksi Hidrogen Hijau
Pertamina Power & NRE (Pertamina NRE) menjalin kerja sama dengan PT Pembangkit Jawa Bali (PJB) dalam pengelolaan dan pemanfaatan bersama infrastruktur ketenagalistrikan. Pemanfaatan infrastruktur ini termasuk potensi penyediaan energi bersih, seperti pengembangan green hydrogen dan energi baru terbarukan (EBT) lainnya.
Peluang yang hadir melalui kerja sama strategis tersebut salah satunya yaitu sinergi pengembangan bisnis pengoperasian dan pemeliharaan pembangkit listrik terutama yang ada di internal Pertamina seperti kilang.
"Banyak peluang pengembangan EBT. Karena itu diperlukan kolaborasi aktif untuk memenuhi target bauran energi dan net zero emission 2060. Kami siap bersinergi dengan berbagai pihak. Kami sangat antusias untuk berkolaborasi dengan PJB," kata CEO Pertamina NRE Dannif Danusaputro dalam keterangan tertulis, Selasa (7/12).
Direktur Utama PJB Gong Matua Hasibuan menyampaikan kerja sama ini merupakan langkah awal proses mensinergikan antara dua perusahaan. Mengingat pihaknya juga ingin menjadi bagian dalam pengembangan dan implementasi EBT di Indonesia.
"Kami tidak bisa sendirian, untuk itu dengan berkolaborasi dengan Pertamina NRE adalah salah satu langkah yang bisa dilakukan untuk mewujudkannya,” kata dia.
Green hydrogen dihasilkan dari pembangkit listrik energi terbarukan seperti tenaga surya, bayu, atau air (hidro). Saat ini anak usaha Pertamina NRE, Pertamina Geothermal Energy (PGE) sedang melakukan pilot project pengembangan hidrogen hijau di wilayah kerja geothermal Ulubelu dengan target produksi 100 kilogram per hari.
Dalam jangka panjang, ditargetkan produksi green hydrogen dari seluruh wilayah kerja geothermal mencapai 8.600 kilogram per hari. Saat ini potensi pemanfaatan PLTA yang dimiliki PLN dan afiliasinya mencapai sekitar 2,7 GW yang tersebar di Sumatera sebesar 1,1 GW, Jawa 1,3 GW, dan Sulawesi 0,34 GW.
Total kapasitas terpasang tersebut kurang lebih setara dengan 0,2 juta ton per tahun hydrogen. Sementara, tren permintaan domestik terhadap hidrogen pada tahun 2040 diproyeksikan mencapai 17 juta ton per tahun. Permintaan tersebut datang dari sektor pengolahan minyak, kimia, transportasi maupun pembangkit listrik.
Pertamina dan PLN sama-sama mendukung transisi energi serta penurunan emisi karbon di Indonesia. Pertamina berkomitmen penuh untuk meningkatkan portfolio energi bersihnya hingga 17 persen serta mengintegrasikan aspek environment, social, and governance (ESG) ke dalam praktek bisnisnya.
Sedangkan komitmen PLN terwujud dalam Rencana Umum Pembangkit tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030 dengan menggenjot pengembangan pembangkit EBT sebesar 1,1 GW.