COP27: Negara Miskin Tuntut Negara Kaya Kompensasi atas Krisis Iklim

Muhamad Fajar Riyandanu
9 November 2022, 12:19
cop27, perubahan iklim, krisis iklim,
UN Climate Change
Simon Stiell, Sekretaris Eksekutif UNFCCC (United Nations Framework Convention on Climate Change), dalam acara pembukaan konferensi pers COP27 di Mesir (6/11/2022).

Para pemimpin dari negara-negara dunia ketiga memanfaatkan forum COP27 di Mesir untuk menuntut negara barat dan perusahaan minyak untuk membayar dampak krisis iklim yang ditimbulkan dari kegiatan ekonomi mereka.

Negara-negara kepulauan kecil yang kini diterpa badai laut yang semakin ganas dan kenaikan permukaan laut menagih perusahaan minyak untuk mengeluarkan sebagian dari keuntungan besar mereka atau kompensasi. Hal serupa juga diserukan oleh banyak negara berkembang di Afrika yang menuntut lebih banyak dana internasional.

Perdana Menteri Antigua dan Barbuda, Gaston Browne, menyampaikan bahwa perusahaan-perusahaan minyak dan gas harus segera membayar ganti rugi dalam bentuk pajak karbon global sebagai sumber pendanaan kerusakan dan kerugian yang dialami oleh negara-negara miskin.

Sebagai sebuah negara kepulauan yang terletak di Laut Karibia bagian timur, Gaston menyebut sejumlah negara yang tergabung dalam Aliansi Negara-negara pulau kecil sangat dirugikan atas perubahan iklim yang terjadi saat ini.

"Industri minyak dan gas terus menghasilkan keuntungan hampir US$ 3 miliar setiap harinya. Sementara mereka mendapat untung, planet ini terbakar," kata Gaston saat berbicara di podium COP27 atas nama Aliansi Negara-negara Pulau Kecil, dikutip dari Reuters pada Rabu (9/11).

Hal serupa juga dilontarkan oleh Presiden Vanuatu, Nikenike Vurobaravu. Dia berharap Mahkamah Internasional segera bergerak untuk memastikan hak-hak negara dunia ketiga di generasi mendatang tidak dilanggar karena tertinggal dalam adaptasi perubahan iklim.

Komentar tersebut mencerminkan ketegangan dalam negosiasi iklim internasional antara negara-negara kaya dan miskin, ketika para delegasi menghadiri hari kedua konferensi PBB selama dua minggu di kota resor tepi laut Sharm el-Sheikh.

Seruan kritik dari beberapa negara konferensi itu lebih cenderung mengarahkan rasa kekecewaan mereka pada pemerintah kaya atau negara barat, bukan pengebor.

Halaman:
Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...