Modal Asing Kabur Rp 1,3 T Sepekan, Rupiah Melemah ke Rp 14.358/Dolar
Aksi jual aset oleh investor asing di pasar keuangan domestik masih berlanjut bersamaan dengan pelemahan nilai tukar rupiah. Bank Indonesia mencatat terdapat aliran modal asing keluar sebesar Rp 1,29 triliun dalam sepekan terakhir.
Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono mengatakan jual neto di pasar Surat Berharga Negara (SBN) mencapai Rp 1,77 triliun dalam sepekan terakhir. Sebaliknya, terdapat beli neto di pasar saham Rp 480 miliar.
"Berdasarkan data settlement sejak awal 2021, terdapat nonresiden jual neto Rp 18,59 triliun," tulis Erwin dalam keterangan resminya, Jumat (26/11).
Tingkat premi risiko investasi atau credit default swap (CDS) Indonesia tenor lima tahun per 25 November naik ke level 79,88 basis poin (bps). Lebih tinggi dari 76,96 bps pada 19 November.
Imbal hasil atau yield SBN tenor 10 tahun hari ini terpantau stabil di level 6,17%. Sedangkan yield surat utang pemerintah Amerika Serikat atau US Treasury tenor 10 tahun melanjutkan kenaikan ke level 1,6% pada 25 November.
Aksi jual di pasar SBN ikut menyeret pelemahan pada nilai tukar. Rupiah sore ini ditutup melemah ke level Rp 14.358 per US$. Kurs garuda anjlok 0,88% dari posisi penutupan pekan lalu di level Rp 14.232. Pelemahan semakin dalam hari ini setelah Mahkamah Konstitusi (MK) meminta pemerintah merevisi Undang-Undang Cipta Kerja (UU Cipta Kerja).
"Peraturan yang cepat berubah tidak disukai oleh investor terutama investor asing sehingga memberikan sentimen negatif ke pasar," kata Ariston kepada Katadata.co.id, Jumat (26/11). Simak databoks berikut:
MK dalam keputusannya kemarin (25/11) menolak usulan dari serikat buruh yang meminta pembatalan UU Cipta Kerja. Kendati demikian, MK juga meminta pemerintah untuk merevisi pasal-pasal dalam beleid sapu jagat itu dalam waktu dua tahun. Jika tidak dilakukan, maka MK menyatakan UU tersebut inkonstitusional permanen.
Selain sentimen domestik tersebut, tekanan pada nilai tukar juga dipengaruhi menguatnya sentimen tapering off bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed). Notulen rapat FOMC awal bulan ini menunjukkan sebagian besar dari anggota komite siap untuk mempercepat tapering apabila inflasi tinggi bertahan lebih lama.
Fed berencana memulai tapering off berupa pengurangan pembelian aset mulai akhir bulan ini, dengan mengurangi pembeliannya sebesar US$ 15 miliar dari pembelian rutin US$ 120 miliar. Pembelian akan dikurangi secara bertahap dan mengakhiri pembelian pada pertengahan tahun depan.
Usulan percepatan tapering off ini berpotensi mendorong kenaikan bunga acuan yang juga lebih cepat. Pasar mengantisipasi bunga acuan Fed bisa naik paruh kedua tahun depan.
Kendati demikian, sejumlah pejabat Fed juga telah menyerukan agar rencana pengurangan pembelian tersebut ditingkatkan sehingga bisa diakhiri lebih cepat. Dewan Gubernur Fed Christopher Waller bahkan menyarankan agar pembelian bisa diakhiri pada April tahun depan.
Selain itu, Ariston juga mengatakan meningginya kasus Covid-19 di Eropa dan munculnya varian baru di Bostwana yang lebih mudah menular dari Delta memicu kekhawatiran pasar. Hal ini juga menjadi sentimen negatif terhadap pergerakan rupiah pekan ini. "Mendorong pasar tertekan dan beralih ke aset aman yaitu dolar AS," ujarnya.
Mengutip Worldometers, lima negara Eropa mencatat laporan kasus positif harian tertinggi di dunia pada Kamis (25/11). Kasus positif di Jerman bertambah 76.132 kasus dalam sehari, disusul Inggris (47.240), Rusia (33.796), Perancis (33.464), dan Polandia (28.187).
Lonjakan kasus mendorong pemerintah Austria memberlakukan pengucnian wilayah atau lockdown sejak awla pekan ini hingga maksimal 20 hari ke depan. Slovakia juga memutuskan lockdown mulai Rabu (24/11) yang lalu akibat kenaikan kasus yang cepat.
Selain itu, dunia mulai mengantisipasi munculnya varian Covid-19 baru B.1.1.529 uang diklaim lebih ganas ketimbang varian Delta. Sejumlah negara kini mulai menutup penerbangan dari sejumlah negara di selatan Afrika yang dideteksi menjadi episentrum penyebaran virus ini.