Agar Lobster Bermanfaat untuk Negeri

M Riza Damanik
Oleh M. Riza Damanik, PhD
12 Januari 2021, 13:12
M Riza Damanik
Ilustrator Katadata/Betaria Sarulina
Petani menempatkan lobster hias air tawar jenis red marlboro clarkii ke kolam pembenihan di tempat pembudidayaan Desa Wangunharja, Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Senin (28/12/2020). Bibit lobster hias air tawar yang dipasarkan di wilayah Jabodetabek itu dijual dengan harga Rp5000 per ekor dan untuk indukan seharga Rp400.000 per ekor .

Melegalkan nelayan untuk mengambil benih lobster dari alam, baik untuk keperluan ekspor maupun budidaya, juga tidak otomatis akan menaikkan kesejahteraan nelayan dan budidaya lobster Indonesia. Kebijakan ini justru memicu perebutan benih lobster berkualitas antara si eksportir dan si pembudidaya. Lemahnya pengawasan telah menyuburkan praktik manipulatif dan koruptif sehingga bisnis ekspor benih lobster menjadi lebih menjanjikan ketimbang ikhtiar untuk berbudidaya.

Sekarang, mari belajar dari negara eksportir lobster nomor wahid di dunia: Kanada.

Komoditi lobster berkontribusi lebih dari 50 persen pendapatan ekspor perikanan Kanada. Untuk sampai pada posisi tersebut, Kanada tidak sebatas mengatur buka-tutup pintu ekspor lobster. Kanada menyiapkan aturan, fasilitas, insentif dan kemitraan untuk menjamin keberlanjutan bisnis lobster di negaranya dengan menjaga kesehatan persaingan usaha dan menumbuhkembangkan inovasi dan teknologi.

Puncaknya, Kanada ingin memastikan agar harga lobsternya selalu lebih tinggi di pasar dunia. Secara kelembagaan, mereka pun mengonsolidasi empat kekuatan domestiknya: mulai dari produsen, baik itu nelayan, kolektor hingga prosesor. Lalu, pemerintah, khususnya mereka yang memiliki sentra-sentra lobster di daerahnya. Ada pula Pusat Ilmu Pengetahuan Lobster untuk menyiapkan standardisasi, pendidikan dan penelitian. Terakhir, mereka juga memiliki Dewan Lobster Kanada yang aktif melakukan pemasaran, riset pasar, dan fasilitasi kerja sama industri.

Bahkan, Kanada mendekatkan pembangunan infratruktur ekspor ke sentra-sentra lobster untuk menjawab kebutuhan pasar yang berbeda satu dan lainnya. Sebagai contoh, tujuan utama ekspor lobster Kanada awalnya adalah Amerika Serikat. Menguatnya ekonomi Cina telah menempatkan negara tersebut sebagai salahsatu importir lobster hidup terbesar di dunia. Perkembangan ini mendorong perubahan postur industri lobster Kanada. Saat ini, 57 persen dari ekspor Kanada adalah lobster hidup dan tujuan utamanya adalah ke Cina. 

Agar Lobster Bermanfaat

Berkaca dari Kanada, maka ikhtiar pengelolaan lobster di Tanah Air membutuhkan pembesaran peran negara dari sekadar menjadi “penjaga portal” buka-tutup kran ekspor benih lobster. Secara operasional, Peraturan Menteri Susi maupun Edhy dapat dibaurkan untuk menutup rapat ekspor benih lobster dari perairan Indonesia, menyiapkan strategi perluasan budidaya, serta menjaga pertumbuhan ekonomi lobster nasional.

Dalam jangka pendek, ekonomi lobster masih sangat ditentukan oleh hasil tangkapan alam. Di sini, menjaga standardisasi dan pengendalian pemanfaatan lobster dari alam menjadi kunci. Selain itu, strategi pemasaran dan perluasan pasar lobster baik di dalam maupun luar negeri harus terus diperkuat, termasuk dengan mendekatkan infrastuktur ekspor di sentra-sentra lobster nasional. 

Sedangkan untuk agenda menengah dan panjang, pengembangan budidaya lobster harus menjadi prioritas. Langkah paling awal adalah mengintegrasikan alokasi pemanfaatan ruang pesisir untuk budidaya lobster ke dalam zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di 13 sentra budidaya lobster nasional. Selanjutnya, mendorong pembudidaya lobster untuk berkoperasi sehingga aksesnya terhadap pembinaan, pembiayaan, benih, hingga pasar menjadi lebih terbuka dan berskala ekonomi. Begitupun terhadap BUMN, swasta ataupun perguruan tinggi harus dipacu untuk berinvestasi dalam pengembangan inovasi dan teknologi budidaya lobster: baik untuk pembenihan, pakan, pembesaran hingga karamba jaring apung.

Terakhir, Laporan FAO (2020) menyebut meningkatnya ketegangan antara Cina dan Amerika Serikat telah memperparah ketidakpastian pasar ikan global, termasuk dalam hal perdagangan lobster —di mana 60 persen pasar ekspornya diserap oleh Cina dan Amerika Serikat. Maka, sekaranglah waktu terbaik untuk Indonesia masuk ke pasar utama lobster dunia sembari mempersiapkan diri untuk membangun industri budidaya lobster nasional yang lebih kokoh. Pastilah tidak mudah. Namun hanya dengan menghadirkan peran negara secara utuh maka pengelolaan lobster dapat membawa manfaat untuk negeri.

Halaman:
M Riza Damanik
M. Riza Damanik, PhD
Ketua Umum Ikatan Sarjana Kelautan Indonesia; Senior Fellow Laboratorium Indonesia 2045

Catatan Redaksi:
Katadata.co.id menerima tulisan opini dari akademisi, pekerja profesional, pengamat, ahli/pakar, tokoh masyarakat, dan pekerja pemerintah. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke [email protected] disertai dengan CV ringkas dan foto diri.

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...