Dua Sisi Dampak Ekonomi dari Perang Rusia - Ukraina

Masyita Crystallin
Oleh Masyita Crystallin
5 Maret 2022, 09:00
Masyita Crystallin
Katadata | Joshua Siringo-ringo

Dari sisi ekonomi riil, adanya konflik bersenjata tersebut berdampak pada meningkatnya harga-harga komoditas energi dan pangan. Per 4 Maret lalu, harga minyak Brent mengalami kenaikan 43 persen secara year to date mencapai harga US$111,2 per barel. Ini harga tertinggi sejak era commodity boom awal dekade 2010 lalu.

Pada periode yang sama, harga batu bara dan CPO mencapai rekor tertinggi sepanjang masa dengan harga masing-masing mencapai US$370 per ton (118% ytd) dan US$1.628 per ton (31% ytd).

Kalau terkait dampak kenaikan harga komoditas, kita perlu melihatnya dari dua perspektif. Ini karena pada sebagian komoditas Indonesia merupakan net importer dan pada sebagian lainnya sebagai net exporter.

Sebagai net importer minyak, kenaikan harga komoditas ini akan menurunkan surplus current account, atau dengan kata lain dapat meningkatkan defisit. Sedangkan kenaikan harga CPO dan batubara, justru meningkatkan current account karena Indonesia merupakan net exporters.

Jika dampak aliran modal baik masuk maupun keluar di sisi neraca modal dan neraca perdagangan cukup berimbang, nilai mata uang akan cenderung stabil. Bahkan sangat mungkin kenaikan harga komoditas memiliki dampak yang net positif terhadap current account Indonesia secara keseluruhan.

Selain berdampak pada current account, harga minyak mentah Indonesia/ICP dan komoditas lain memiliki korelasi positif terhadap belanja negara dan akan berpengaruh langsung terhadap perhitungan belanja, khususnya subsidi energi.

Berdasarkan analisa sensitivitas perubahan asumsi dasar ekonomi makro APBN 2022, setiap kenaikan ICP sebesar US$1 maka berdampak pada kenaikan Belanja Negara sebesar Rp2,6 triliun.

Namun terdapat juga korelasi positif pada sisi pendapatan. Setiap kenaikan ICP sebesar US$1 akan berdampak pada pendapatan negara sebesar Rp3 triliun. Jadi, dampak neto perubahan harga minyak global terhadap APBN cenderung dapat terkendali. Ceteris paribus, setiap kenaikan harga CPO US$1 per barel justru dapat meningkatkan surplus APBN Rp0,4triliun.

Dari perspektif perdagangan, kontribusi Ukraina dan Rusia relatif tidak terlalu signifikan terhadap total perdagangan dunia dengan masing-masing mencapai 1,38 persen  dan 1,25 persen. Meski begitu, efek tular akan lebih dirasakan jika perdagangan dan perekonomian negara-negara besar yang merupakan mitra dagang utama Indonesia seperti Cina, Jepang, dan Amerika Serikat sudah ikut terpengaruh secara signifikan pula.

Fundamental perekonomian Indonesia masih cukup baik. Secara umum inflasi masih cukup terjaga, apalagi dibandingkan dengan banyak negara lain. Nilai tukar stabil dan imbal hasil obligasi negara juga masih cukup terjaga.

Kinerja produksi sektor manufaktur Indonesia yang tercermin lewat PMI Manufaktur Februari 2022 juga tercatat mencapai 51,2, yang capaian ini konsisten berada pada zona ekspansi dalam enam bulan terakhir. Hal ini menunjukkan industri Indonesia masih berdaya di tengah merebaknya varian Omicron. Waspada itu perlu, namun kita juga perlu menciptakan optimisme pasar.

Di tengah perkembangan konflik geopolitik, perang dan tekanan ekonomi global lainnya, Indonesia memiliki andil yang cukup signifikan, terutama dalam membantu menciptakan stabilitas perekonomian dunia melalui perannya sebagai Presidensi G20.

KONFERENSI PERS PENUTUPAN 1ST FMCBG G20
Konferensi pers penutupan 1st FMCBG G20 (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/POOL/rwa.)

Dalam kapasitas sebagai Presidensi G20, Indonesia baru saja berhasil menyelenggarakan rangkaian kegiatan 2nd Finance and Central Bank Deputies Meeting (FCBD) Meeting dan 1st Finance Minister and Central Bank Governors (FMCBG) Meeting di Jakarta. Kegiatan itu mendiskusikan enam agenda prioritas yaitu ekonomi dan kesehatan global, arsitektur finasial internasional, isu sektor finansial, keuangan berkelanjutan, infrastruktur dan perpajakan internasional.

Pada periode yang menantang ini, kapasitas kepemimpinan Indonesia diuji untuk dapat mewujudkan permulihan ekonomi global yang merata (recover together) dan lebih kuat (recover stronger). Kita tentu berharap pandemi Covid-19 segera berakhir.

Begitu juga invasi Rusia ke Ukraina. Semakin lama konflik ini berlangsung semakin tinggi efek tularnya pada dinamika geopolitik dan perekonomian global. Tapi di luar dampak pada  kondisi geopolitik dan ekonomi global, kita berharap konflik ini tidak berlangsung lama, yang paling utama demi kemanusiaan.

*Kolom ini merupakan pandangan pribadi penulis, yang tidak terkait dengan posisi dan institusi tempatnya bekerja.

Halaman:
Masyita Crystallin
Masyita Crystallin
Staf Khusus Menteri Keuangan Bidang Perumusan Kebijakan Fiskal dan Makroekonomi; Sherpa Koalisi Menteri Keuangan untuk Aksi Iklim
Editor: Redaksi

Catatan Redaksi:
Katadata.co.id menerima tulisan opini dari akademisi, pekerja profesional, pengamat, ahli/pakar, tokoh masyarakat, dan pekerja pemerintah. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke [email protected] disertai dengan CV ringkas dan foto diri.

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...