Dua Potret Kontras BUMN Transportasi

Arista Atmadjati, SE.MM
Oleh Arista Atmadjati, SE.MM
13 Juli 2022, 07:15
Arista Atmadjati
Ilustrator: Joshua Siringo Ringo | Katadata
Dosen International University Liaison Indonesia (IULI) Aviation Management.Chairman Aviation School AIAC

Sejak ada Undang-Undang Penerbangan Tahun 2009, harusnya Merpati semakin sehat. Namun empa tahun sejak berlakunya aturan tersebut, Merpati malah tutup. Merpati ini kasus yang tragis, ironis, dan tidak bermutu. 

Karena negara kita kepulauan dengan 550 kabupaten, seharusnya itu bisa menjadi makanan Merpati. Dengan pangsa pasar yang demikian besar, Merpati tutup itu bagi saya sangat aneh. Bisa diasumsikan bahwa budaya kerja pada manajemen Merpati sangat lemah dan buruk.

BUMN penerbangan yang kedua adalah Garuda Indonesia. Secara brand, Garuda bagus sejak dipegang dirut yang mempunyai high taste, maunya keluar negeri untuk branding.  Garuda masuk dalam anggota aliansi maskapai internasional SKY Team. Garuda pun banyak memperoleh penghargaan tingkat internasional. Bahkan pernah tujuh kali berturut-turut meraih penghargaan.

Sayang, manajemen sudah bermasalah selama 14 tahun. Seolah tidak ada yang melakukan pengawasan. Pada saat pandemi, sebagian besar pesawat Garuda dikembalikan kepada lessor. Pasca-pandemi saat ini, maskapai sudah bisa rebound. Garuda harus meningkatkan pelayanan.

Garuda bisa me-generate pasar domestik dan harus meningkatkan kualitas pelayanan. Saat ini, Garuda masih memiliki keterbatasan pesawat, sementara rotasi day per day-nya belum teratur. Jika target pesawat bisa dipenuhi akhir tahun ini, plan rotasi pesawat bisa berjalan lebih baik.

Menuju Masa Depan

PT KAI tidak membedakan para penumpangnya. Sekalipun penumpang kelas ekonomi, mereka akan mendapatkan masker dan tisu pembersih. Sedangkan di Garuda hanya mendapatkan snack.

Dilihat dari harga tiket, PT KAI memberikan pelayanan yang lebih baik kepada penumpangnya, seiring sudah memiliki keuntungan. PT KAI memiliki pasar, kira-kira, untuk DKI Jakarta ada 10 juta orang, Banten 10 juta, Jawa Barat 40 juta, DI Yogyakarta 30 juta, Jawa Timur 30 juta. Kira-kira ada 120 juta orang bisa dijangkau oleh PT KAI

Bandingkan dengan pesawat udara. Perusahaan ini bisa melayani 275 juta orang, dari Sabang sampai Merauke. Kita berharap, Garuda setelah lolos dari PKPU (Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang), dapat meniru cara PT KAI dalam melayani penumpangnya dengan baik. 

Saat ini, PT KAI secara ketepatan waktu sudah semakin baik, sesuai dengan jadwal. Pada awalnya, PT KAI pun memiliki manajemen yang buruk, tetapi bisa berubah. Demikian halnya dengan Garuda, harus ada perubahan dari manajemennya dari tingkat atas sampai bawah, juga para stake holder-nya.

Garuda memang memiliki opsi perpanjangan restruktursisasi utang 20 tahun ke depan. Maka strategi yang yang masuk akal adalah memperioritaskan untuk menggarap pasar domestik di rute-rute gemuk dan pasar kargo udara seiring bisnis e-commerce yang booming.

Dapat pula mempertahankan beberapa rute luar negeri yang masih menguntungkan, misal ke Narita, Tokyo, Kuala Lumpur, dan Sydney. Bisa pula menggiatkan pasar gemuk umrah dan charter flight. Harapannya, dengan lebih konsentrasi ke pasar-pasar di atas, revenue Garuda akan semakin membaik.

Halaman:
Arista Atmadjati, SE.MM
Arista Atmadjati, SE.MM
Dosen International University Liaison Indonesia (IULI) Aviation Management. Chairman Aviation School AIAC

Catatan Redaksi:
Katadata.co.id menerima tulisan opini dari akademisi, pekerja profesional, pengamat, ahli/pakar, tokoh masyarakat, dan pekerja pemerintah. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke [email protected] disertai dengan CV ringkas dan foto diri.

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...