Belajar Mengelola Krisis dan Anomali Perekonomian dari Pandemi

Samsul Arifin dan Sayifullah
Oleh Samsul Arifin - Sayifullah
26 Oktober 2023, 15:42
Samsul Arifin dan Sayifullah
Katadata

Hubungan risiko relatif dan pertumbuhan ekonomi yang seperti ini disebut hubungan negatif. Semakin besar risiko relatif (kondisi semakin buruk) semakin rendah pertumbuhan ekonomi.

Provinsi yang terletak di Pulau Kalimantan, Sulawesi, Malpanus (Maluku Papua Nusa Tenggara) menunjukkan hubungan negatif antara risiko relatif penyebaran dengan pertumbuhan ekonomi. Hal ini berbeda dengan keadaan di Pulau Jawa-Bali-Sumatera memperlihatkan anomali pengaruh risiko relatif dengan pertumbuhan ekonomi. 

Hubungan positif tetap terlihat pada saat memotret kondisi Pulau Jawa-Bali ataupun pulau Sumatera secara terpisah, meskipun berbeda pada besarnya ukuran risiko relatif. 

Nilai risiko relatif provinsi yang berada di Jawa-Bali tidak hanya selalu berisiko tinggi, tetapi juga memiliki tren meningkat. Ini dapat kita lihat pada puncak kasus varian Delta pada Juli 2021 sejalan dengan nilai risiko relatif di kuartal III-2021 yang paling tinggi. 

Hal ini sekiranya sangat relevan jika fokus kebijakan PSBB/ PPKM diterapkan di wilayah ini. Meskipun terjadi peningkatan nilai risiko relatif, pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2020 tetap tumbuh positif, bahkan berlanjut pada kuartal IV-2020. 

Pada 2021 semakin jelas menunjukkan anomali, pada saat terjadi peningkatan risiko relatif, pertumbuhan ekonomi masih tumbuh positif. Hubungan positif keduanya dibuktikan oleh nilai parameter risiko relatif bernilai positif dari pengamatan penulis. 

Hal serupa juga berlaku untuk provinsi di Sumatera. Penjelasan terkait hubungan positif risiko relatif dengan pertumbuhan ekonomi di pulau ini menjadi lebih mudah mengingat mayoritas provinsi yang ada berada pada tingkat kategori risiko rendah, sehingga level kebijakan yang diberlakukan tentunya sangat longgar. 

Hal yang sangat menarik pada saat kita lihat pada periode kuartal IV-2020 untuk provinsi di Jawa-Bali yang tumbuh positif (0,35%) sedangkan provinsi di Sumatera negatif (-0,08%). Padahal status provinsi di Jawa-Bali mayoritas adalah risiko tinggi, sedangkan Sumatera mayoritas risiko rendah. 

Pertanyaannya adalah apakah yang menyebabkan hal tersebut terjadi? Bukankah provinsi di Jawa-Bali merupakan area dengan penerapan kebijakan paling ketat, serta terdampak paling besar oleh pandemi. 

Penjelasannya sementara ini sebab konsentrasi ekonomi ada di Jawa-Bali yang selama ini dikenal sebagai penyumbang PDRB nasional terbesar. Perekonomian di wilayah ini bisa lebih cepat bergerak kembali bila dilakukan pengaturan pembatasan yang terukur dan tepat. 

Sinergi kebijakan fiskal dan moneter yang lebih longgar pada masa pandemi, yang berkaitan dengan fokus pada belanja kesehatan, perlindungan sosial dan pemulihan ekonomi, juga menjadi kunci mengelola krisis yang dihadapi.

Halaman:
Samsul Arifin dan Sayifullah
Samsul Arifin
Dosen dan Peneliti Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Catatan Redaksi:
Katadata.co.id menerima tulisan opini dari akademisi, pekerja profesional, pengamat, ahli/pakar, tokoh masyarakat, dan pekerja pemerintah. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke opini@katadata.co.id disertai dengan CV ringkas dan foto diri.

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...